Rabu, Oktober 12, 2011

Akhlak Seorang Pemuda "Tuli"

Kisah ini saya dapatkan ketika saya masih duduk di bangku SMP dan hingga kini cerita ini masih sangat terngiang didalam benak saya. Dan dalam tulisan ini saya ingin mencoba berbagi kepada teman-teman. Semoga kisah yang akan saya ceritakan ini bisa diambil pelajaran-pelajaran. Dan bagi yang sudah pernah mendengarkannya, semoga anda tidak bosan atau jenuh mendegarkannya.

Alkisah.. hiduplah seorang pedagang tua dan anaknya yang bekerja sebagai penjual kain. Ia adalah pedagang yang terkenal jujur dan bersahaja dan disukai banyak orang. Setiap pagi sampai menjelang petang ia menjajakan dagangannya di pasar. Hingga pada suatu ketika ada seorang gadis lewat didepan Tokonya. Dan memang menurut kebanyakan penduduk gadis tersebut adalah “bunga desa” karena parasnya yang sangat cantik dia menjadi rebutan banyak pemuda. Si Pedagang tua tersebut berdagang tidak sendiri. Ia ditemani oleh anaknya yang juga seorang pemuda. Gadis tersebut sangat tertarik dengan kain-kain yang dijajakan pedagang itu. Kemudian iapun melihat-lihat seluruh koleksi kain yang dijual pedagang kain tersebut.

Kemudian terjadilah dialog ringan antara si Pedagang tua dengan Si Gadis Cantik. Namun setelah menjelaskan seluruh koleksi kain dan harga-harganya, Si Pedagang Tua harus meninggalkan Tokonya untuk menemui rekan lamanya yang juga pedagang kain. Dan sebelum ia meninggalkan Toko, pedagang tua itu berpesan kepada anaknnya agar menemani Si Gadis Cantik untuk sementara waktu serta menjelaskan segala koleksi-koleksi kain dan harganya jika sewaktu-waktu Si Gadis itu bertanya. Si Pemuda pun mengangguk ringan menandakan mengerti perintah ayahnya. Memang si Pemuda adalah tipe orang yang pendiam dan tidak suka banyak bicara. Sehingga tinggalah Si Gadis Cantik dan Si Pemuda di Toko tersebut.

Si Gadis Cantik itu masih asyik melihat-lihat koleksi kain yang ada di Toko, sementara Si Pemuda pun jaraknya tidak terlalu jauh dari tubuh Si Gadis sambil memperhatikan tingkah polahnya yang sedang asyik memilah-milah kain. Ia menanti dengan sabar corak kain apa yang akan dipilih oleh Gadis Cantik itu.

Tanpa diduga sebelumnya entah apa yang terjadi dengan Si Gadis, apa yang dimakan ketika ia dirumah, tiba-tiba ia “mengeluarkan gas” (kentut) secara tidak sengaja didepan si Pemuda tersebut. Suaranya keras sekali. Si Gadis Cantik merasa sangat malu, ia menjadi salah tingkah dan senyum-senyum ringan kearah pemuda tersebut. Saking malunya ia tidak ingin berlama-lama berada di Toko kain itu. Tapi ia sudah terlanjur memegang kain yang sudah dipilihnya dan jika tidak dibeli ia akan semakin merasa tidak enak hati kepada si pemuda yang telah menunggu dengan sabar. Lalu ia pun sambil tergesa-gesa karena malu menanyakan harga kain tersebut.

“Wahai pedagang, berapa harga kain ini?”

Sambil ia menunjukan kain kearah Si Pemuda, Tanya Si Gadis Cantik. Namun ketika Si Gadis Cantik menyanyakan harga, ekspresi Si Pemuda terlihat kebingungan dan seperti orang bodoh. Kemudian Si Gadis itu bertanya lagi dengan nada suara yang lebih keras,

“Wahai Pemuda berapa harga kain ini???”

Ekspresi Si Pemuda pun tidak jauh berbeda bahkan ia (Si Pemuda) layaknya orang kebingungan malah menjawab “apa???” dengan raut muka yang masih seperti orang kebingungan. Si Gadis pun di dalam hatinnya mulai bergumam, “jangan-jangan ia tuli, dan jika ia benar-benar tuli akupun akan terhindar dari rasa malu dan aib yang amat sangat atas kejadian tadi”. Namun ia masih belum terlalu yakin, dan untuk memastikan apakah benar ia pemuda tuli, ia menanyakan kembali untuk yang ke tiga kalinya ke Pemuda itu dengan nada suara yang lebih keras,

“WAHAI PEMUDA, BERAPA HARGA KAIN INI????

Lagi-lagi Si Pemuda tidak menjawab pertanyaan Si Gadis Cantik tersebut, ia benar-benar terlihat bodoh dan idiot. Sehingga Si Gadis Cantik pun sangat yakin bahwa ia benar-benar tuli. Ia senang sekali karena menurutnya Si Pemuda tidak menyadari peristiwa memalukan yang telah terjadi. Ia merasa nama baiknya tertolong, ia bahagia sekali. Hingga saking bahagianya ia secara serta merta memberikan uang dengan jumlah yang cukup besar kepada Si Pemuda namun ia tidak mengambil kain karena ia merasa tidak mungkin melakukan tawar menawar kepada pemuda tuli dan dia anggap idiot itu. Dia pun segera meninggalkan Toko kain itu dengan perasaan lapang dan tenang.

Si Gadis pun semain menjauh dari Toko kain tersebut. Dan ternyata Si Pemuda yang sebenarnya adalah pemuda normal itu hanya tersenyum ringan sambil menatap sosok Gadis cantik tersebut dari kejauhan, ia menyadari apa yang telah terjadi. Ia pun melaksanakan amanah yang diberikan ayahnya melayani para pelanggan sendiri sambil menunggu sang ayah kembali….

(Wisma M.U 26/07/2011)

Tidak ada komentar: