Rabu, Oktober 12, 2011

Allah-lah yang Paling Tahu akhir kisah kita

Pernah mendengar kisah Barshisoh seorang ‘abid (ahli ibadah) yang sangat tekun beribadah namun diakhir hidupnya Ia wafat dalam keadaan syirik karena disesatkan oleh Iblis? Pernah mendengar kisah seorang pelacur yang dimasuk-kan ke surga-Nya Allah hanya karena memberi minum seekor anjing yang hampir mati karena kehausan? Pernah mendengar kisah seorang pejuang yang wafat dalam peperangan membela agama Allah, namun ternyata ketika dihari perhitungan Allah menolaknya karena didalam hati pejuang tersebut tidak tulus karena Allah? Pernah mendengar kisah seorang pembunuh kelas kakap yang korbannya genap menjadi 100 orang (1000?) dan 1 orang diantara korbannya adalah seorang ustad? Namun Allah menghendaki pemuda tersebut masuk surga-Nya. Dan banyak sekali kisah-kisah menggetarkan hati lainnya. Kisah tersebut sering disampaikan kepada kita baik secara lisan maupun tulisan bahkan sudah ada yang difilmkan.

Mungkin sebagian dari anda akan bertanya-tanya, apakah kisah tersebut shahih ataukah hanya dibuat-buat? So,untuk masalah itu anda bisa bertanya sendiri kepada para asatidz-asatidz (para ustad) terdekat. Dalam tulisan ini saya hanya ingin berbagi apa yang saya rasakan setelah mendengar kisah-kisah tersebut.

Jika kita bercermin dari kisah-kisah diatas, banyak sekali hikmah-hikmah yang dapat kita ambil. Seseorang bisa saja diakhir hidupnya wafat dalam keadaan khusnul khatimah (baik) ataupun dalam keadaan su’ul khatimah (buruk). Semua itu adalah hak prerogatif Allah, terlepas seseorang yang wafat itu adalah seorang ustad, preman, pezina, perampok, koruptor dan sebagainya. Sekali lagi itu adalah hak prerogatif Allah dan Dia-lah yang Maha Tahu.

Kita tidak akan pernah tahu akhir kisah hidup kita nantinya akan seperti apa, apakah kita akan wafat dalam keadaan khusnul khatimah kah atau dalam keadaan su’ul khatimah. Mari kita merenung sejenak. Yang pertama kepada para penyeru-penyeru kebaikan, sudahkah anda bisa menjamin bahwa anda adalah orang-orang yang berhak masuk dalam Jannah-Nya? Ataukah malah andalah orang-orang yang tidak pantas memasuki-Nya. Yang kedua kepada orang-orang yang hingga saat ini masih hidup dan “aktif” dalam kemaksiatan, apakah mereka itu semua juga sudah pasti akan masuk ke Neraka? Juga bagi mereka yang masih bimbang (tidak berpendirian), bimbang karena terkadang berbuat maksiat terkadang tidak, apakah mereka juga sudah pasti termasuk golongan yang masuk surga atau masuk neraka?. Lagi-lagi hanya Allah-lah yang Maha Tahu siapa orang-orang yang dikehendaki-Nya dan siapa yang tidak di kehendaki-Nya.
Sungguh, saya merasakan Islam sangat egaliter, siapapun manusianya apapun statusnya, ustadkah, koruptorkah, pelacurkah, perampokkah, jika kita masih hidup maka peluang untuk bersama-sama menuju kebaikan masih sangat memungkinkan, semuanya serba mungkin. Bersyukurlah bagi kita yang masih diberikan kesempatan hidup oleh Allah. Selama kita masih hidup berarti kita masih diberikan kesempatan oleh Allah untuk selalu memperbaiki diri. Allah masih sangat sayang kepada kita. Kita harus menyadari bahwa kesempatan ini adalah kesempatan yang tidak bisa diulang, tidak bisa kita raih kembali jika kita telah mati.

Oleh sebab itu bagi sesama manusia, saudara-saudaraku se-iman baik yang hingga saat ini masih istiqomah di jalan Allah juga bagi saudara-saudaraku yang masih terseok-seok mencari kebenaran. Kita semua memiliki kesempatan dan peluang yang sama selama kita masih hidup. Bagi para penyeru yang masih istiqomah, jangan pernah sekali-kali kita biarkan dalam hati ini terbesit rasa tinggi hati, merasa paling suci, merasa seolah-olah surga dalam genggaman kita walaupun sebagai seorang muslim kita harus yakin akan janji Allah bahwa Allah akan memberi surga-Nya bagi siapa-siapa yang istiqomah menjalankan segala perintah-perintah-Nya. Mari sebagai sesama saudara kita saling mengingatkan, saling nasehat menasehati dalam kebenaran dan kesabaran (Q.S Al- Asr:3).

Kemudian bagi saudara-saudaraku yang masih “mencari” kebenaran. Mari kita kuatkan hati kita bahwa Allah sangat luas ampunanya lebih luas dari dosa-dosa kita. Selama kita masih hidup kita masih diberi kesempatan untuk senantiasa memperbaiki diri.

Semoga tulisan ini tidak salah artikan sehingga menjadikan kita bersikap fatalis (pasrah akan takdir Allah) secara dangkal atau dipahami sebagai rukhsah (keringanan) sehingga kita mempermainkan Ke-Maha Pemurahan Allah sekehendak nafsu kita. Semoga kita tidak tergolong orang-orang yang mempermainkan firman Allah, Nauzubillahiminzaalik…
Saya sangat terenyuh ketika membaca Surat Al-Mulk: 1-2

“Maha Suci Allah Yang di Tangan-Nya-lah segala Kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu, yang Menjadikan mati dan hidup, supaya Dia Menguji kamu, siapa diantara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa Lagi Maha Pengampun”

Mati dan hidup adalah ujian bagi kita siapa diantara kita yang lebih baik amalnya. Dialah yang Maha Tahu masing-masing akhir kisah kita, Dialah yang Maha Berkehendak. Semoga tulisan ini bermanfaat, dan saya memohon maaf jika banyak sekali kesalahan-kesalahan. Sudah pasti kesalahan-kesalahan tersebut terjadi karena kedangkalan ilmu saya. Dan semoga kita termasuk golongan-golongan yang memperoleh keberuntungan di Akhirat. Amiin (Wisma M.U, 24/07/2011)

Tidak ada komentar: