Kita patut bersyukur kepada Tuhan Yang
Maha Esa hingga detik ini bangsa Indonesia telah menginjak usia 68 tahun
kemerdekaanya. Sebuah perjuangan panjang yang tidak mudah dan melelahkan. Telah
banyak anak bangsa yang berkorban demi tegaknya negeri ini. Bisa jadi sebagian
dari mereka belum sempat melihat buah perjuangan yang melelahkan itu disebabkan
gugur di medan pertempuran.
Jika kita menengok masa lalu bahwa ide-ide
pembebasan rakyat dari kaum penjajah muncul dari diskusi-diskusi kaum
terpelajar. Mereka yang memiliki kesempatan mengenyam pendidikan kolonial
menjadi motor gerakan "pemberontakan" terhadap pemerintah kolonial.
Meski mereka dididik dalam budaya kapitalis, mereka justru mengkritik keras
kebijakan-kebijakan pemerintah yang diskriminatif terhadap kaum pribumi. Naluri
mereka berontak melihat kondisi masyarakatnya diperbudak oleh bangsa asing.
Mereka berontak melihat bangsanya hidup sebagai kuli dengan gaji 1 sen sehari.
Di Jakarta munculah
organisasi Budi Utomo (BU) tanggal 20 Mei 1908 yang terdiri atas mahasiswa
kedokteran STOVIA (School tot
Opleiding van Indische Artsen). Sekolah ini merupakan sekolah untuk pendidikan dokter pribumi di Batavia pada zaman kolonial Hindia-Belanda, (Sekarang Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia).
Meski belum secara
tegas memproklamirkan diri sebagai gerakan politik tetapi bersifat sosial, ekonomi, dan kebudayaan. Berdirinya
Budi Utomo menjadi awal gerakan yang bertujuan mencapai kemerdekaan Indonesia walaupun pada saat itu organisasi ini awalnya hanya
ditujukan bagi golongan berpendidikan Jawa. Sebagaimana ungkapan Moh. Hatta bahwa gerakan BU
masih bersifat kedaerahan namun BU ibarat lonceng yang membangkitkan munculnya
kesadaran nasional.
BU telah memberikan pelajaran bagi
kita meski kaum terpelajar dididik dalam hegemoni kapitalis, akan tetapi
benih-benih kesadaran sebagai bangsa justru tumbu bersemi. Agaknya hal ini
sangat menginspirasi bagi seluruh mahasiswa di Indonesia untuk saat ini. Benih
kesadaran inilah yang menjadi modal utama bangsa ini terbebas dari penjajah
baik oleh bangsa sendiri maupun oleh bangsa asing.
Dari sini kita melihat bahwa sejatinya mahasiswa sebagai
kaum terpelajar memiliki peran penting untuk membebaskan masyarakat
disekitarnya dari lilitan kebodohan. Mahasiswa harus memiliki kepedulian sosial
dengan sekitarnya. Peran-peran inilah yang musti dihidupkan kembali demi
terwujudnya kemerdekaan masyarakat secara nyata. Bukankah selama ini sebagian
orang sering kali mempertanyakan "benarkah bangsa Indonesia telah
merdeka?". Pertanyaan ini memang tugas pemerintah sebagai pengelola negara
untuk menyelesaikannya, akan tetapi sebagai mahasiswa tugas sebagai agen
perubahan harus diwujudkan.
Bagaimana
mewujudkannya? Ya, para mahasiswa era pergerakan nasional mewujudkan cita-cita
kemerdekaan dengan berhimpun dalam wadah organisasi. Begitupun mahasiswa saat
ini yakni dengan aktif dalam organisasi, membentuk kelompok-kelompok diskusi
dan semacamnya yang berfokus dalam pemecahan-pemecahan persoalan masyarakat.
Kalau mahasiswa tidak perduli dengan sekitarnya, tidak peduli dengan persoalan
bangsanya, apriori dengan organisasi, lalu bagaimana mungkin cita-cita kemerdekaan
bisa terwujud?. Kemerdekaan ini adalah amanah yang telah diwariskan oleh para
pendahulu dengan segala pengorbanannya tidak sia-sia. Dan tugas kitalah yang menjaganya. Jayalah
negeriku Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar