Aku
masih duduk di ruang tunggu Kepala Jurusan D III Kearsipan Fakultas Ilmu
Budaya. Aku menunggu dosen pembimbingku Dr. Alamsyah M.Hum. Beliau selain
mengajar Sejarah juga memiliki jabatan sebagai Ketua Jurusan DIII Kerasipan.
Di
ruang tunggu hanya ada aku sendiri. Hampir satu jam aku menunggu. Aku tanyakan
kepada petugas TU ternyata dosen pembimbingku sedang ada rapat. Entah rapat
apa. “Wah alamat nunggu lama ini”. Bisikku dalam hati. Untungnya di ruangan TU
selalu di putar musik pop santai, sehingga sedikit mengobati kebosananku. Bait
demi baik Aku dengarkan dengan saksama suara merdu almarhum Crisye. Sepertinya
di TU sejarah hampir setiap hari suara Crisye tak dilewatkan. Apa di komputer
kantor Cuma ada lagu itu saja?
Terkadang
ada rasa malu, segan, boring, dan macam-macam. Gila! Ini sudah semester 11!.
Aku sudah memiliki adik 5 angkatan. Apa kata mereka jika mereka tahu Aku
angkatan “super tua”. Meskipun itu bukan urusan mereka. Bertemu dengan
dosen-dosen dengan pertanyaan yang hampir sama? “Nunggu Siapa?” “Sudah lulus?”
Kerja dimana?”. Malu itu itu manuiawi. Aku merasa malu sudah terlambat studi
satu tahun. Meskipun demikian Aku berusaha sabar dan menikmati proses yang Aku
jalani. Pasti ini Aku lewati! Pasti akan selesai jika aku sabar dan tekun!
Itulah energiku yang membuatku bertahan mengerjakan skripsi ini. Satu bundel
skripsi telah Aku siapkan sebaik mungkin dari abstraksi hingga daftar pustaka. Aku
pandangi draf skripsi itu berulang-ulang. Masih ada yang kelirukah?.
Sejak
pukul 21.00 WIB tanggal 27 Oktober malam, Aku “korbankan" jam tidurku untuk
merevisinya. Aku periksa dengan saksama mulai dari sisi redaksional hingga isi.
Waktu itu memang perasaanku masih bercampur aduk. Terkadang bisikan-bisikan
pertanyaan muncul begitu saja. “Apakah nanti masih harus direvisi lagi atau
harus dirombak?. “Duh kira-kira apa lagi nih yang bakalan di coret-coret?”.
“Kok gak selesai-selesai ya?” Kira-kira begitu. Apakah jika seseorang tidak
tahu apa yang terjadi di masa depan ia akan selalu berburuk sangka? Apakah ini
hanya kemelut perasaanku saja?
Aku pandangi sekali lagi skripsi itu dengan penuh
harapan. Ya. Ini adalah hasil kerja kerasku selama satu tahun mulai dari
penggalian sumber-sumber primer, sekunder (buku-buku) hingga penulisan. Aku
masih sadar ‘kesalahanku’ di semester 7. Aku tidak mengumpulkan tugas mata
kuliah Seminar Proposal. Aku ingat dosen mata kuliah bersangkutan sampai-sampai
meneleponku. Waktu itu ada persentasi proposal seminar pukul 13.00 WIB. Aku
tahu memang pukul 13.00 WIB ada kelas. Namun entah karena Aku belum siap dan bercampur
rasa malas, sehingga aku memilih tidak masuk kuliah. Teman-teman meng-SMS-ku.
Aku terharu dengan kepedulian mereka. Mereka bertanya “Ton gak kuliah?, “Ton Kamu
gak persentasi?” “Ton di tunggu Bu Yetti Lhoo”, “Ton Kamu masih diberi waktu
sampe jam 3 Sore”. Waktu itu aku sedang makan
siang di Warteg sebelah kontrakan di daerah Banjarsari, tepatnya di Gang
Gayamsari Kelurahan. Aku acuh tak acuh saja membaca SMS-SMS itu. Buat apa aku
tanggapi, toh waktu tidak memungkinkan. Tetapi yang bikin aku kaget sekaligus tersentak
adalah ketika Bu Yetti nelpon. Dengan nada menyayangkan sikapku itu Bu Yetti
Bilang “Mas Anton Kamu mau gimana Mas, mau persentasi hari ini atau tidak, klo
tidak kamu harus ngulang tahun depan? Aku terdiam sejenak. Beliau masih
menunggu jawabanku via telepon. Dan akhirnya aku bilang dengan perasaan berat.
“Ngulang saja Bu, makasih banyak atas segala perhatiannya”. Beliau membalasnya
“Ya sudah klo begitu”. Nafsu makanku hilang, aku termenung sejenak. Aku baca kebali
SMS teman-temanku sembari membayangkan persentasi di kelas, dan Aku ingat-ingat lagi pertanyaan
Bu Yetti. Seharian penuh aku uring-uringan. Aku menyesal. Benar-benar menyesal.
Aku telah mengecewakan banyak orang, terutama orang tua yang susah payah
banting tulang membiayaiku kuliah.
Waktu
itu memang aku banyak bentrok dengan beberapa agenda. Mulai dari persiapan
pemberangkatan KKN dan Msuyawarah Komisariat. Kuliahku sudah aku kalahkan untuk
fokus mengurus KKN dan menghadiri Musyawarah Komisariat KAMMI. Jelas Seminar
Proposalku gagal. Aku tidak akan menyalahkan KKN apalagi KAMMI. Bukan karena kesibukan
mengurus persiapan KKN, bukan karena kesibukan kudi KAMMI tapi akulah yang tidak
pandai mengatur waktu. Aku saja yang sering menunda-nunda kerjaan. Dan ini yang
harus aku terima. Ini konsekuensi atas segala tindakanku.
Di
Semester 8 aku hanya mengisinya dengan memperbaiki nilai-nilai yang jelek. Aku
ikut 3 Mata Kuliah seperti Sejarah Industrialisasi, Sejarah Indonesia
Kontemporer dan Historiografi. Alhamdulillah setelah ku ulang, nilai ketiga
mata kuliah itu membaik. Sejarah Industi aku dapat A, Sejarah Industrialisasi
dapat B, dan Historiografi dapat B.
Nah
di semester 9 aku ambil mata kuliah Seminar Sejarah. Mata kuliah yang aku
tunggu-tunggu sejak semester 7. Mata kuliah ini juga merupakan syarat mengambil
Skripsi. Di Semester inilah aku mulai riset tepatnya sejak bulan April 2013.
Aku berfikir keras kira-kira tema apa yang bisa aku jadikan bahan penulisan
proposal. Yang menjadi minatku dan dekat dengan duniaku. Aku mulai meraba-raba
sesuatu yang dekat dengan kehidupanku dan yang menjadi minatku. Yup. Aku dapat
tema. Aku ingin menulis tentang organisasi KAMMI. KAMMI adalah organisasi
pemuda/mahasiswa Islam. Ya. Aku tertarik! Aku juga dekat dengan KAMMI karena
memang aku telah terdaftar sebagai kader KAMMI. Dan kemungkinan besar aku bisa
dapat banyak sumber tentang KAMMI karena aku “orang dalam”. Awalnya aku
tentukan akan ambil skup nasional. Aku coba ke Jakarta mencari sumber-sumber
tentang KAMMI. Aku datangi sekretariat KAMMI Pusat. Meskipun ketika di Jakarta
aku harus gigit jari karena sumber data benar-benar tidak bisa diharapkan. Aku
kecewa.
Akhirnya
aku putar otak lagi. Aku sudah tertarik ingin menulis tentang KAMMI tapi aku
kesulitan mendapatkan sumber. Lalu aku putuskan menulis tentang KAMMI Semarang
saja. Aku datang ke sekretariat KAMMI Semarang. Tapi sebelumnya aku buat surat
ijin meneliti terlebih dahulu. Aku coba tanyakan kepada Mas Galih selaku ketua
KAMMI Semarang. Akhirnya aku bisa cek sumber-sumber yang ada. Dan Alhmadulillah
ternyata sumber-sumber arsip sejak tahun 2003 masih ada. Lalu aku rubah skup
nasional ke lokal di latar belakang masalah Proposal Penelitian sembari
mengulang satu mata kuliah Filsafat Sejarah.
Aku
ajukan proposal itu ke dosen. Respon Dosen baik. Lalu aku ajukan pula sebagai
proposal Skripsi di semester 10. Dosen pun merespon dengan baik. Akhirnya 100
persen sudah aku bertekad menulis skripsi tentang KAMMI Semarang. Judul awalnya
“Dinamika KAMMI di Kota Semarang Tahun 1998-2009”.
Proposal
itu kemudian aku masukan ke Jurusan untuk meminta persetujuan Kepala Jurusan. Aku
tunggu selama 1 Minggu dan aku dapat disposisi dari Bu Endang. Beliau meminta
aku bertemu dengan Pak Alam meminta persetujuan pula darinya. Alhamdulillah Pak
Alam merespon baik dan memberi catatan-catatan seputar judul serta apa-apa saja
yang harus aku lakukan dari judul skripsi yang aku ajukan.
Aku
mulai melakukan bimbingan secara rutin. Terkadang 2 x dalam sebulan, 3 kali x
dalam sebulan. Aku usahakan tidak menelantarkan skripsi. Meski aku sudah tidak
ada laptop dikarenakan hilang sejak semester 8 Aku malah semakin
sungguh-sungguh menggarap skripsi. Pak Alam benar-benar teliti. Bukan
perkalimat yang di corat-coret, bahkan perkata, susunan kalimat, tanda baca
seperti titik koma spasi dsb. Aku ikuti saja intruksi Pak Alam. Meski harus
pinjam leptop sana-sini, mencuri-curi waktu luang teman ketika sedang
“nganggur” leptopnya, dan mengerjakan di rental di Malam harinya. Tekadku hanya
satu. Aku harus merampungkan skripsi ini bagaimanapun caranya. Terkadang sulit
sekali mencari kesempatan luang teman-teman, sehingga aku sulit mengetiknya.
Aku akhirnya usahakan mengerjakan di rental setiap malam.
Pak
Alam Akhirnya selesai rapat. Beliau segera masuk ruangan. Aku masih di ruang
tunggu. Aku menunggu panggilan. Akhirnya aku di panggil masuk ke ruangannya. Aku
bawa se-bundel skripsi dengan perasaan penuh harapan. “ Ini Pak saya sudah
merevisi bab 4 nya sesuai instruksinya di email”. Lalu ia hanya memegangnya dan
membaca abstraknya. Lalu beliau bilang “Mas kamu kemarin masih belum jelas bab
4 tentang penerapan konsep pengaruh, peranan dan dampak.” Lalu Aku katakan “
Iya Pak saya sudah rubah bab 4-nya, saya baru memahami perbedaan antara konsep
pengaruh, peranan dan dampak. Beliau menyahut lagi “Nah itu, jadi harus
disesuaikan dengan judul, kamu kemarin tidak singkron dengan judulnya”. Lalu
aku balas lagi “ nggeh Pak sudah saya revisi dan dampak-dampaknya sudah saya
hilangkan. Lalu Pak Alam bilang “Kamu sudah mantap tho?” Aku jawab “Insya Allah
sudah Pak, saya sudah maksimal, udah saya cek siang malam Pak, hehe”. Lalu dia
katakan lagi “ Yowis klo sudah mantep, daftar sidang saja”. Aku benar-banar
senang sekali mendengarnya. “Mana surat persetujuannya?”. Aku bingung. “Surat
Apa Pak?” Pak Alam Jawab “ Ya surat tanda sekripsinya disetujui mana suratnya’?
Aku Jawab “Waduh saya belum buat Pak”. “ya sudah nanti menyusul”. Aku jawab “
Baik Pak Terimaksih banyak!”. Akhirnya Pak Alam menyalaminku dan mengucapkan
“Selamat Mas!”.
Tanggal
28 Oktober ternyata merupakan hari terakhir aku mendapatkan bimbingan skripsi. Kku
benar-benar senang sekali hari itu. Saking senangnya aku bingung harus
berekspresi bagaimana lagi. Teriak tidak mungkin, nangis apa lagi. Ya akhirnya
aku cuma senyum-senyum sumringah dan merasa haru. Thanks Ya Robb!. Kerja
kerasku selama ini membuahkan hasil. Lembur-lemburku di malam buta terbayar
sudah. Banyak sekali yang di terlantarkan demi skripsi ini. Ya. Hidup memang penuh
konsekuensi dan pengorbanan. Setiap keputusan punya konsekuensi, punya dampak.
Apakah harus di puji ataukah di cela. Setiap orang punya kepentingan
masing-masing dalam berinteraksi. Berusaha menjadi manusia yang di cintai
semua itu baik. Rosulullah saja dengan
keagungan akhlaknya masih saja ada yang membencinya. Apalagi kita?. Sekali lagi
bahwa berusaha menjadi manusia yang dicintai semua manusia itu baik. Tapi untuk
dicinta semua orang sepertinya tidak mungkin. Bisa jadi dengan sikap tertentu
kita adalah sisi terang bagi kelompok tertentu, tapi belum tentu bagi kelompok
yang lain. Jadi yang harus dilakukan adalah tegas para prinsip. Lakukan sesuatu
yang baik jika yakin apa yang dilakukan itu baik.
(Ditulis Malam hari 3 November 2013)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar