Sabtu, Oktober 08, 2011

Kedustaan yang di ciptakan

Kekuatan yang besar menyimpan tanggung jawab yang besar (Paman Spiderman) begitu juga Menjadi manusia yang 'BERILMU' harus berbanding lurus dengan meningkatnya 'KEIMANAN" dan 'KEIKHLASAN' dalam pengamalan karena memiliki konsekuensi yang amat besar. Jika tidak, rasakanlah kebingungan yang amat menyiksa tak tentu arah. Ilmu yang diperoleh namun tidak dilandasi 'IMAN' dan 'KEIKHLASAN serta 'AMAL' bukannya membuat dunia menjadi terang, malah bisa jadi membuat dunia menjadi buram tak jelas mana yang salah dan mana yang benar. Nafsu dalam diri melahirkan 'pembenaran' dan kemudian melahirkan kedustaan yang tak berkesudahan terus menerus. Dan tak terasa kedustaan-kedustaan diri telah menghitamkan hati. Membuat kita semakin lupa dan semakin lupa. Pembenaran terhadap sesuatu yang jelas-jelas bertentangan dengan hati namun karena 'kecerdikan rasio yang terbungkus nafsu' disulapnya menjadi 'kebenaran', lalu diamalkanlah kebenaran artifisial (buatan) itu dengan entengnya. Hingga mencapai tingkat tak merasa berdosa. Bukankah jika sudah seperti itu apa bedanya kita dengan orang yang tak bertuhan? bukankah hanya orang yang merasa tidak bertuhan yang dalam hidupnya tak terikat dengan 'dosa' walaupun sejujurnya ketika ia melakukan kesalahan ia pasti akan merasa gelisah. Dan kegelisahan itu membuktikan bahwa ia secara tidak sadar mengakui dosa. Padahal dosa hanya bagi orang-orang yang yakin terikat dengan adanya Tuhan?. Lalu kemanakah Dia dalam hati?

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Yang menguasai hari pembalasan.
Tunjukilah kami jalan yang lurus,
(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.

Jangan sampai kedustaan yang kita ciptakan semakin meniadakan-Nya, Nauzubillahiminzaalik...
Inspirasi (Jika Nafsu berbicara_Ibnul Qayyim Al-jauzi)

Tidak ada komentar: