Siapa sih yang tidak kenal pohon tebu? Pohon yang batangnya jika di peras dan dimakan terasa manis lagi menyegarkan. Kita tahu tebu merupakan bahan dasar pembuatan gula pasir. Namun pernahkan kita memperhatikan bagaimana ia tumbuh?
Sebagaimana pohon-pohon lainnya, tentunya tebu memiliki akar. Akar bagi pohon merupakan hal yang sangat penting, karena berfungsi untuk menyerap air dan makanan. Tebu bisa tumbuh dalam kondisi tanah yang mengandung cukup air juga bisa tumbuh di tanah yang kondisinya minim air (agak tandus). Disini nanti kita akan melihat gejala menarik dari kedua pohon yang tumbuh ditempat berbeda.
Jika kita perhatikan dengan seksama, pohon tebu yang tumbuh di tanah yang mengandung banyak air cendrung memiliki akar yang kurang kokoh, akarnya melebar dan kurang dalam alias dangkal, sehingga mudah sekali roboh. Sedangkan tebu yang tumbuh di tanah dengan kondisi minim air cendrung memiliki akar yang kokoh karena akarnya tidak melebar tapi menghujam ke dalam tanah. Hal ini karena kondisi air tanah yang minim sehingga akarnya sulit memperoleh makanan. Dengan tanah yang minim air, akar pohon ini mengoptimalkan air yang sedikit itu untuk bertahan hidup.
Al-hasil kita bisa melihat dimana pohon tebu yang pertama tumbuh di atas permukaan tanah yang cukup air namun jika diukur dari tingkat kekuatannya, pohon yang pertama itu cendrung kurang kokoh dan mudah sekali roboh. Sedangkan pohon yang kedua tumbuh diatas permukaan tanah dengan kondisi tanah yang minim air namun jika diukur kekuatannya, pohon yang kedua itu cendrung kokoh dan tidak mudah roboh. Lalu mengapa bisa terjadi demikian?. Ternyata hal ini terjadi karena akar pohon tebu yang pertama cendrung “menjalar” ke sumber-sumber air yang tersedia karena memang kondisinya yang tidak kesulitan air. Sedangkan akar dari pohon tebu yang kedua cendrung “menghujam” kedalam tanah karena memanfaatkan air yang sedikit itu dengan se-optimal mungkin. Dan jika diukur dengan kualitas rasa, menurut pengalaman saya sendiri, biasanya tebu yang tumbuh di tanah yang agak tandus cendrung rasanya lebih manis dibandingakan tebu yang tumbuh di tanah yang megandung banyak air. Itu merupakan fenomena atau perilaku yang terjadi pada pohon tebu. Dan walaupun manusia berbeda dengan pohon, saya kira tidak ada salahnya bercermin dari gejala-gejala yang terjadi pada pohon tebu.
Dari fenomena itu kita bisa mengambil banyak pelajaran bahwa kondisi yang serba berkecukupan, namun tidak ter manage dan ter-optimalkan secara baik belum tentu bisa menjamin kualitas hidup sesuatu menjadi lebih baik atau lebih berkualitas. Mungkin tidak jauh berbeda dengan manusia ketika memperoleh sarana dan prasaranya yang memadai dalam hidupnya tapi tidak di-manage dan di-optimalkan secara baik, apalagi tidak diiringi rasa syukur kepada Allah tidak menjadi jaminan kualitas hidup seseorang itu bisa menjadi lebih baik dari orang-orang yang hidup serba kekurangan. Sudah banyak cerita hikmah yang menceritakan bahwa manusia lebih banyak terjerumus dalam keadaan yang serba berkecukupan dibandingkan dalam keadaan yang serba kekurangan.
Semoga kita bisa mengambil banyak pelajaran dari alam sekitar dan semoga menjadi hamba-hamba yang senantiasa mensyukuri nikmat-nikmat yang Allah anugrahkan. Amin…(Inspirasi from UDINUS dalam acara Training ESQ tanggal 10 Agustus 2011)
Wisma M.U, 14 Agustus 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar