Jumat, April 13, 2012

Se-romantis Pantai Tjilatjap 6 April 2012

Lagit saat itu begitu cerah. Tirai awan semakin terbuka lebar. Awan putih itu semakin menipis tatkala datang sempurnanya sinar mentari. Ia pergi dan terus mengilang entah kemana. Yang ditinggalkan hanyalah selapis awan yang terwarnai bersihnya biru langit. Satu persatu jiwa-jiwa berdatangan terpesona oleh lukisan alam itu. Ia tertarik mendekat, dan berusaha bercengkrama dengan eksotisme alam.
Memandang laut lepas dari pinggir pantai memang sungguh menentramkan hati. Ia terhampar seluas mata memandang. Gulungan ombak datang silih berganti menghempas kokohnya karang. Hempasannya melahirkan semburat putih terpancar halus keudara disaat terjadi benturan yang tak terelakkan. Gemuruh ombak menggema tak habis-habisnya. Suaranya tertekam merasuk hingga ke rongga dada. Terlihat dari kejauhan burung-burung indah menari diatas permukaan air sambil mengepakkan sayapnya dengan lincah. Seakan-akan ia menggoda ikan-ikan agar ikut menari diudara bersamanya. Kapal pesiar nan megah namun terlihat lamban itu bersaing dengan perahu kecil nelayan. Dengan gagahnya ia berani melawan arus gelombang. Sungguh hati ini bergetar, hati ini terbawa suasana, hati ini luluh saat itu juga disaat menyaksikan kolaborasi nyanyian alam yang begitu harmonis.
Dan tubuh inipun bergerak, berlari, memeluk ombak dan pasir laksana saudara akrab yang lama tak berjumpa. Ataukah sikap ini adalah bentuk panggilan jiwa yang telah lama memendam kerinduan. Sebuah bentuk kerinduan untuk menunjukan penghambaan dan rasa syukur kepada-Nya disaat hati sering tersayat oleh segala ambisi yang kerap tak tersampaikan. Ya, begitulah jiwa, ia ingin selalu kembali kepada-Nya.
Mungkinkah gemuruh ombak yang mengerti setiap jeritan hati. Sehingga dengan gemuruhnya itu ia mampu meredam segala kegalauan yang menggelayut disetiap jiwa yang memandangnya. Hempasan-hempasannya saat menghantam kokohnya karang seakan mewakili jiwa agar selalu berontak terhadap segala rasa ketidakberdayaan. Ya. begitulah ombak di Pantai Cilacap. Ia begitu ganas menantang kokohnya karang. Tak perduli sekeras apa karang yang dihadapi. Pada saat tertentu ia menjadi begitu ramah dan mempesona dan pada saat yang lain ia begitu tangguh mengantam angkuhnya karang.
Wisma Zaid bin Tsabit 13 April 2012

2 komentar:

Galih Hidayatullah mengatakan...

Indah sekali.
Seolah pesona keindahan pantai itu terpampang jelas di hadapku.

Tentang bagaimana asinnya udara.
Buih ombak yang berjatuhan.
Juga tentang terik yang membakar gelora dalam dada.

Aku ingin kesana!!!

Na'imah Awan mengatakan...

numpang lewat.....permisi...baru buat blog baru di blogspot....