Yang hobi menggunakan kata Afwan mohon acungkan jari kaki!
Ya, trus ada apa
dengan kata Afwan?
Bukanya kata itu bagus jika sering-sering diucapkan?
Afwan kan artinya “maaf”. Dan bukanya sebagai
seorang muslim yang baik kita diperintahkan agar selalu saling memaafkan
saudaranya?
Memang kata ini tidak digunakan oleh semua kalangan tapi
hanya dipakai oleh kalangan-kalangan tertentu saja yang telah “teridentitaskan”
secara sistematis melalui proses-proses tertentu (sokilmiah.com). Kata afwan juga berfungsi sebagai “penanda”.
Uniknya bagi para pemakainya bisa bertindak “professional” memainkan kata ini. Jika
ada kesalahan-kesalahan teknis alias salah sasaran dalam penggunaan kata Afwan mungkin fenomena itu itu hanya
fiksi dan tokoh-tokoh yang ada didalamnya hanya rekaan belaka (garing.com). Saya
pernah menyaksikan teman saya lupa menempatkan kata Afwan. Suatu ketika saya dan teman saya sedang “sik asik” berbincang
di salah satu rumah makan di Tembalang. Tiba-tiba ada seorang “Mbak-Mbak” yang menghampiri
dan menanyakan sebuah alamat kost temannya yang ia sendiri masih bingung.
Kurang lebih percakapannya seperti ini “Mas
numpang tanya tahu alamat Kost bla bla bla ndak? Kemudian teman saya
menjawab secara spontan “Wah Afwan mbak saya ndak tahu alamatnya klo kost
perempuan saya kurang paham”. Saya perhatikan si Mbaknya rada melonggo
sedikit, mungkin dia bertanya-tanya “makanan
apa tuh si Afwan” atau mungkin juga ia shock “hmm sembarangan nama gw Sheila bukan afwan! (imajinasi.com)
Jika didalam bahasa Indonesia kita mengenal ada makna
menyempit dan meluas, mungkin kata Afwan
juga mengalaminya. Dahulu kala mungkin para pendahulu mengunakan kata afwan masih dalam penempatan yang benar.
Mereka menggunakannya disaat melakukan tindakan-tindakan kekeliruan diluar
batas kemampuannya dan itupun mungkin terjadi hanya sesekali saja. Sehingga
kata “afwan” yang ia ucapkan masih sangat logis dan bisa dipertimbangkan. Misalkan
dalam sebuah syuro, seharusnya syuro dimulai pukul 08.00 pagi di tempat A namun
ada salah seorang peserta syuro yang alamat kostnya di lokasi Z meminta
keringanan untuk datang terlambat. Ia menginformasikan bahwa tidak bisa datang
ontime sekitar 1 jam sebelum syuro dimulai. Apalagi pada saat itu hari sedang
hujan lebat. Dan si peserta akhirnya datang pukul 08.30 alias terlambat 30
menit. Kemudian ada lagi peserta syuro yang alamat kostnya dilokasi B pada saat
yang sama ia meminta ijin agar datang terlambat alasannya antara lain karena turun
hujan, gak ada angkot, jaraknya jauh (padahal jika dibandingkan antara peserta
syuro pertama dengan yang kedua jaraknya lebih jauh peserta syuro pertama).
Kemudian ia juga menginformasikan keterlambatannya 30 menit setelah syuro
dimulai. Jika pembaca posisinya sebagai Qadi
(hakim) kira-kira anda akan membela yang mana? Peserta syuro yang kedua,
ataukah peserta syuro yang pertama?
Tidak ada yang salah dengan kata afwan. Menurut saya kata afwan
itu digunakan pada saat-saat tertentu saja dengan asumsi kata tersebut
digunakan pada saat-saat secara de facto
kita tidak bisa menjalankan tugas secara mestinya. Karena jika kata “afwan”
menjadi “barang yang murahan” dan dengan mudahnya diumbar justru akan semakin
menghawatirkan. Kata afwan telah
mengalami penyempitan dan mungkin hanya menjadi life style (gaya hidup) saja. Kata afwan bukan sebagai pengakuan kesalahan yang secara sadar dilakukan
dengan keinginan tidak akan mengulanginya lagi, tapi lebih digunakan sebagai perisai,
pelindung, pembenaran-pembenaran, mencari-cari alasan, bahkan untuk menutupi
kedustaan (nauzubillahi min zaalik).
Sedikit-sedikit afwan, sedikit-sedikit afwan, afwan kok
sedikit-sedikit??! (Cha phe deh). Alangkah lebih baik kata Afwan itu kita pelihara dengan penuh kesadaran bukan pembenaran
atas segala kekeliruan yang kita buat secara “senagaja”.
Orang-orang di Negara “maju” sana saja yang mayoritas non
Islam masih memiliki rasa malu yang cukup tinggi ketika melakukan kesalahan
(ketidakdisiplinan), mereka amat merasa bersalah. Padahal dimensi rasa malu
mereka bisa jadi hanya sebatas malu kepada manusia atau aturan mereka buat
sendiri. Hanya sebatas itu!. sedangkan kita sebagai umat Islam (Khususnya yang
beriman) tidak hanya sebatas itu saja tapi lebih dari memiliki rasa malu terhadap
sesame manusia saja namun kita harus memiliki rasa malu kepada Allah SWT.
Semoga kemirisan demi kemirisan yang kita saksikan mampu
kita minimalisir bersama. Apalagi sebagai seorang muslim kita harus memberi
contoh yang baik bagi umat-umat agama lain. Kata Afwan biasanya sering digunakan bagi mereka-mereka yang mengemban
misi kenabian yang perjuangannya adalah mengubah nilai-nilai keburukan menjadi
nilai-nilai kebaikan. Apakah logis seandainya kita menginginkan sebuah
perbaikan nilai jika kita sendiri tidak melaksanakannya (Ash-Shaf :2) dan Bukankah
kita adalah umat yang terbaik? (Ali Imran: 110). Mari kita introspeksi diri dan saling nasehat
menasehati dalam sabar dan shalat (Al-Asr :1-3). Wallohua’lam bishawab
Disini afwan
Disana afwan
Dimana-mana bilangnya afwan
Disini afwan
Disana afwan
Dimana-mana bilangnya afwan
La la la la la la la la la la la
la la la
La la la la la la la la la la la
la la la
La la la la la la la la la la la
la la la
Sekian terimakasih (gak usah dikasih tepuk
tangan)^^
Wisma Zaid bin Tsabit, 09/04 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar