Sabtu, Oktober 08, 2011

Lupa Tuhan, Punya Tuhan Kok Lupa?

Salah satu penyebab rusaknya tatanan sebuah bangsa dari hari ke hari ialah hilangnya rasa diawasi oleh Tuhan. Setiap hari kita disuguhkan oleh berita-berita miris mengenai perilaku pejabat-pejabat kita. Pelanggaran-pelanggaran terhadap hukum semakin menjadi-jadi baik di tingkat bawah maupun di tingkat elit. Aneh memang, bangsa yang terkenal sebagai bangsa relijious, bangsa yang kental mengusng nilai-nilai spiritual, kok perilakunya sangat tidak “beradab”. Nyolong duit rakyat secara berjamaah, suap-menyuap, bolos kerja dan berita-berita memalukan lainnya yang tidak indah jika dilihat ataupun didengar.

Entah mengapa bangsa yang kaya ini bisa menjadi hina seperti ini. Apakah bangsa yang kaya sumber daya alam dan Budaya ini telah dikutuk oleh Tuhan?. Tentu jawabannya akan bermacam-macam. Namun yang pasti kita harus menyadari dengan sesadar-sadarnya bahwa hampir dalam semua hal bangsa kita masih telah tertinggal. Dalam bidang pendidikan, olahraga, ekonomi, politik, agama, penegakkan hukum dan aspek-aspek lainnya jika kita melihat perbandingan dengan negara-negara lainnya selalu memunculkan rasa prihatin saja.

Siapakah yang paling bertanggung jawab terhadap bangsa ini? Jawabannya ialah masyarakatnya sendiri, terutama adalah para pemimpin-pemimpin yang tidak amanah. Sudah tidak dapat disangsikan lagi bahwa chaos nya kehidupan masyarakat dari hari ke hari diawali oleh chaosnya kehidupan para pemimpin-pemimpinya.

Saat ini penyakit masyarakat bisa dikatakan sudah amat akut. Dan yang paling mengkhawatirkan adalah merajalelanya ketidakpercayaan secara kolektif terhadap para pemimpinnya. Jika kondisinya sudah demikian, akan bagaimana lagi masyarakatt akan diperbaiki dan diarahkan?. Jika pemimpinnya sudah tidak dipercayai lagi oleh rakyatnya lalu mau dibawa kemana bangsa ini?.

Hal ini bisa kita saksikan ketika pemerintah membuat aturan-aturan yang dianggap baik, maka seiring banyaknya peraturan yang dibuat, maka akan semakin banyak pula pelanggaran yang dilakukan.

Jika kita perhatikan berbagai macam kasus di media, semuanya karena persoalan ekonomi, seperti korupsi, suap-menyuap, perampokkan dan sebagainya. Sepertinya bangsa kita benar-benar hina sekali dihadapan materi. Seseorang bisa berubah sikap hanya karena persoalan materi. Tentunya setiap orang butuh materi untuk mencukupi hidupnya. Tapi makna kata “untuk mencukupi hidupnya” ditafsirkan lain.

Ironis memang, bangsa yang dikenal bangsa relijius yang mengusung nilai-nilai kemanusiaan kok bisa seperti dalam istilah Yunani, homo homini lupus, srigala bagi manusia yang lainnya. Bangsa ini sudah berubah menjadi bangsa yang serakah, menghalalkan segala cara, bangsa yang cerdas memanipulasi hukum, bangsa yang hilang rasa malunya, hilang rasa di awasi oleh Tuhan.

Menarik sekali ungkapan salah seorang ustad “jika setiap orang selalu merasa diawasi oleh Tuhan, mustahil pelanggran-pelanggaran akan terjadi”. Walaupun tentunya manusia adalah tempatnya salah dan lupa karena memang di bekali nafsu. Tapi mari kita hayati betul nasehat tersebut. Tentunya nasehat tersebut hanya berlaku bagi mereka-mereka yang bertuhan. Jika tidak bertuhan ya sulit, karena benar salah tindakannya akan sama saja.

Semoga jika para pemimpin-pemimpin kita tidak mau berubah dan mengawali sebuah tindakan perbaikan. Kita sebagai rakyat jelata harus berlapang dada menutup mata tidak usah repot-repot memaksa mereka harus berubah. Yang harus kita lakukan adalah kita sebagai calon pengganti mereka harus mempersiapkan diri untuk mengganti posisi mereka dengan kematangan jiwa dan integritas yang lebih baik. (12/06/11)

Anton

Staf Depatemen Kajian Stategis KAMMI FIB

Tidak ada komentar: