Rabu, Juli 25, 2012

Ramadhan dan kemenangan Indonesia


Sejatinya bulan Ramadhan dimanfaatkan sebagai bulan introspeksi diri baik secara individu, keluaraga, masyarakat bahkan dalam lingkup kenegaraan. Apa saja yang telah dilakukan selama ini. Apakah hari ini sama dengan hari kemarin, lebih baik, ataukah malah lebih buruk?. Setiap lingkup perlu yang namanya introspeksi. Akan bagaimana jadinya jika dalam setiap fase hidup yang telah dilalui berlalu begitu saja tanpa ada unsur introspeksi diri. Setelah sekali terperosok dalam got, ternyata tidak mengambil pelajaran hingga membuatnya terperosok kembali pada got yang sama. Ada pepatah klasik yang mengatakan “hanya keledai yang jatuh kedua kalinya”. Tentu setiap orang tidak ingin disama-kan seperti keledai. Oleh karena itu dalam pepatah itu memberikan nasehat yang berharga kepada kita yang intinya “jangan mengulangi kesalahan yang sama”.
Indonesia perlu perbaikan! Jelas, banyak sekali yang harus diperbaiki bersama-sama. Indonesia yang diproklamirkan 65 tahun yang lalu tepat pada suasana bulan Ramadhan masih perlu banyak perbaikan. Mungkin pada pendiri bangsa yang gurur itu menangis melihat negeri yang dibela dengan pengorbanan jiwa raga itu terlunta-lunta seperti saat ini. Mungkin mereka akan kecewa mendalam melihat para pemimpin negeri banyak yang tidak amanah. Hasil survei menunjukan bahwa Indonesia menempati rangking pertama se-Asean sebagai negara terkorup. Kemudian survei terbaru tahun 2011 menunjukkan bahwa  Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia berada pada level 0,617 pada tahun 2011 dengan posisi peringkat pada nomer 124 dari 187 negara di dunia. "IPM Indonesia tahun lalu berada pada level 0,613, tapi tahun ini meningkat tipis pada level 0,617," kata Staf Ahli Menkokesra Bidang Kreativitas dan Inovasi Teknologi, Dr H TB Rahmad Sentika. (Republika 27 November 2011).  Indonesia berada dibawah posisi Singapura dan Malaysia yang merdeka-nya belakangan.
Kemudian Indonesia dibanggakan sebagai negara yang kaya. Kekayaan alamnya begitu melimpah baik didaratan maupun dilautan. Namun nyatanya masyarakatnya sebagian besar dalam kondisi miskin. Menurut pengamatan Asian Development Bank (ADB) menyebutkan, jumlah kaum papa di Indonesia melompat tajam dari 40,4 juta di 2008 menjadi 43,1 juta orang pada 2010, atau selama tiga tahun jumlah orang miskin di Indonesia bertambah 2,7 juta orang. Mereka yang dikatakan miskin, menurut ADB, yang berpenghasilan di bawah Rp 7.800 per hari. Angka itu berselisih 10 persen dari standar kemiskinan pemerintah: Rp 7.600 per hari. (Metronews.com). Belum lagi kasus korupsi para pejabat-pejabat daerah dan pusat yang semakin menggila. Bahkan yang lebih heboh lagi, pengadaan Al-quran-pun di korupsi oleh oknum di Kementrian Agama. Lalu akan dibawa kemana negeri yang katanya kaya raya ini? Tepat kiranya ungkapan Jaya Suprana bahwa kekayaan negeri ini telah menjadi kutukan yang sangat mengerikan.
Masalah-masalah yang saya paparkan diatas hanyalah beberapa saja karena masih banyak permasalahan lain yang perlu diselesaikan. Itulah tantangan bagi manusia saat ini dan dimasa yang akan datang. Tentu kita tidak bisa menyelesaikan semua permasalahan itu semua dalam waktu singkat. Kepemimpinan merupakan kunci agar permasalahan-permasalahan itu bisa terselesaikan. Oleh sebab itu yang dibutuhkan Indonesia saat ini adalah sosok-sosok pemimpin yang memiliki sifat seperti Rosulullah yakni  siddiq, (benar), amanah  (Jujur), dan  fathonah (cerdas) dan tablig (menyampaikan/komunikasi). Setidaknya para pemimpin masa depan negeri ini berkiblat terhadap sifat-sifat kerosulan tersebut bukan berkiblat terhadap sifat-sifat Fir’aun yang menindas. Indonesia adalah negera besar, sehingga butuh pemimpin yang memiliki karakter seperti Rosulullah. Tidak mungkin negeri ini diwariskan oleh orang-orang yang kerdil.
Oleh sebab itu kita bangsa Indonesia sebagai pewaris sah negeri ini harus menentukan sikap. Tahun 2014 mendatang kita akan menghadapi pesta demokrasi dimana tampuk kepemimpinan nasional akan “diperebutkan”. Berarti kita masih menunggu dua Ramadhan lagi untuk menentukan pemimpin-pemimpin yang akan membawa Indonesia menuju kemenangan. Jangan sampai kita terperosok dalam lubang yang sama, karena “Hanya keledai-lah yang jatuh dalam lubang yang sama”. Dan kita adalah manusia bukan keledai.

Semarang, 25 Juli 2012
Anton
KAKOM FIB 2011-2012

Tidak ada komentar: