Senin, Maret 18, 2013

Kader PKS Jateng Serbu Hotel Horison

Suasana pagi itu masih terasa sepi dan dingin. Meskipun begitu perlahan-lahan sinar mentari dari ufuk timur naik dan mulai memberi kehangatan, hingga udara-pun berubah menjadi sejuk. Warga Jawa Tengah (Jateng) pun mulai terbangun dari tidurnya. Seperti biasa, pada hari ahad Bundaran Simpang Lima selalu tumpah ruah oleh warga. Bisa dikatakan mungkin hanya seminggu sekali warga mengadakan “Pesta Rakyat”. Pada hari itu mereka secara leluasa bermain diatas halusnya jalan raya sambil bersepeda dan berjalan kaki.
Ya, hari itu adalah hari ahad tanggal 17 Maret 2013 Pemerintah kota Semarang memberlakukan Car free Day di sekitar alun-alun Simpang Lima. Meski hanya berlaku beberapa jam saja tetapi warga seakan begitu menikmatinya. Warga saling berkumpul, saling bercengkrama. Mulai dari anak-anak hingga orang tua, yang kaya, yang miskin, semuanya membaur jadi satu. Sejenak mereka bersantai menikmati hari libur yang spesial.
Tetapi disudut lain ada sesuatu yang berbeda. Pada pukul 08.00 WIB satu persatu para pejalan kaki maupun pengendara motor dan mobil dari arah lain saling berdatangan memenuhi halama parkir hotel. Bukannya ada Car Free Day hari itu?, bukankah roda dua dan roda empat dilarang masuk?. Tunggu dulu! Meski hari itu ada Car Free Day, tetapi hanya diberlakukan jalan-jalan tertentu saja alias tidak disemua ruas jalan. Salah satunya adalah Jalan Erlangga. Jalan yang letaknya dekat dengan Hotel Horison dan dari jalan itulah para pengendara diijinkan lewat.
Salah seorang pemuda dengan kostum bertuliskan “Pandu Keadilan” dengan ramah menyapa tamu undangan pria yang sedang kebingungan dimana seharusnya memarkir motornya. Dengan sigap pemuda berkostum “Pandu Keadilan” itu memberikan arahan kepada tamu undangan hingga sampai di tempat parkiran. “Maturnuwun Mas....” tamu undangan itu mengucapkan terima kasihnya. Kemudian dengan bersahabat pemuda itu mengulurkan tangannya tanda selamat datang. Uluran tangan itu pun dibalas oleh sang tamu dengan ramah. Begitulah tradisi kader PKS saat bertemu kader yang lainnya. Meski tidak saling mengenal, meski berbeda daerah, namun jika sudah bertemu, seakan-akan seperti telah berkawan sejak lama. Padahal itu adalah pertemuan yang pertama kalinya. Bisa jadi karena atribut PKS yang dipakai sang tamu sehingga dengan mudah dapat dikenali bahwa si tamu adalah sama-sama kader PKS. Bisa jadi bukan pula kerena sekedar atribut, mungkin karena ikatan ukhuwah, ikatan akidah, ikatan dakwah yang membuat mereka akrab.  Siapapun yang menyaksikan adegan itu mungkin akan tersenyum.
Hari itu memang hari penting bagi kader PKS Jateng. Hari dimana akan diadakan konsolidasi akbar kader PKS Se-Jateng di hotel Horison Semarang. Itulah mengapa pada hari Ahad secara berduyun-duyun kader PKS berdatangan memenuhi hotel.
Tidak Seperti Biasanya
“Balroom Lantai tujuh... Balroom lantai tujuh...” dengan lantang salah seorang panitia pria memberi arahan kepada para tamu yang mulai padat itu. Para tamupun---kader-kader PKS--mengikuti arahan tersebut dan menuju tangga dan lift. Sebagian ada yang naik dengan lift tetapi ada juga yang sengaja naik melalui tangga. Saya termasuk yang menggunakan lift.
Akhirnya saya sampai di Balroom lantai tujuh. Dari ketinggian itu Bundaran Simpang Lima terlihat jelas. Warga terlihat satu persatu mulai meninggalkan Bundaran. Unik memang, dari ketinggian itu ternyata Simpang Lima itu tidak bundar, tetapi lebih berbentuk persegi.Selain itu gedung-gedung bertingkat di Kota Semarang terlihat setara dengan tinggi saya berdiri. Dan sebelum masuk ke Balroom, sebagian kader-kader PKS menyempatkan mengambil gambar hamparan Kota Semarang. Mungkin mereka terkagum-kagum melihat hamparan gedung bak miniatur jika dilihat dari ketinggian. Mungkin mereka kagum melihat hasil karya manusia membuat desain kota yang sedemikian rumit itu. Luarbisa! manusia memang telah diitimewakan oleh Allah dengan akalnya.
Akhirnya saya bersama kader PKS yang lainnya menuju meja registrasi. Memang para petugas registrasi masih santai melayani para tamu yang datang. Para petugas memberikan artibut seperti bendera, selebaran, dan snack. Ritme kerja para petugas registrasi masih biasa-biasa saja. Dan ketika kami berada didalam Balroom, kami dihadapkan pada spanduk besar berwarna cerah. Terlihat gambar Presiden PKS Ustadz Annis Matta Lc mengenakan busana Jawa plus blangkon bermahkota di kepala. Di samping gambar Ustadz Annis tertulis kalimat dengan huruf tebal “Obah Kabeh Mundhak Akeh” yang dalam bahasa Indonesia artinya “semua bergerak, naik banyak”. Ya, memang target PKS kedepan pada pemilu tahun 2014 nanti adalah masuk bursa partai 3 Besar!, dan itu akan terwujud jika semua kader bergerak. Itu sekilas inti dari inti kata provokatif tersebut. Kemudian didalam Balroom suasana masih sepi, hanya terdiri dari dua barisan akhwat dan satu barisan ikhwan. Aneh memang. Benar-benar beda! Itulah kesan saya saat masuk ke dalam Balroom. Kami disambut dengan bunyi-bunyian pentatonik Jawa yang khas. Benar-benar serasa di Kraton Jogjakarta. Dengan khusyuk para panabuh memainkan gamelan dengan kostum Khas Jawa. Nang..ning...nang,,,ning...duuung gamelan itu dimainkan dengan lembut. Bagi saya suasana di Balroom benar-benar eksotis.  Alunan gamelan yang lembut, lampu ruangan yang temaram memberikan suasana berbeda. PKS memang beda kali ini.
      Jika masih ada yang curiga bahwa PKS anti budaya Jawa, PKS Wahabi saya berani mengatakan tidak! Butinya beberapa tahun yang lalu juga PKS menyelenggarakan festival permainan tradisional Jawa Tengah. PKS pernah mengadakan pertujukan Gobak Sodor terbanyak di Jateng. Bahkan hingga mendapatkan penghargaan dari Muri (Museum Rekor Indonesia).
“Saya sampai minta bantuan Mas!”
Sambil menikmati suasana ruangan dan alunan musik gamelan yang lembut, saya penasaran ingin melihat keadaan di pintu depan. Saya ingin memastikan apakah masih ada kader yang datang ataukah belum. Ternyata saya dibuat kaget! Para petugas registrasi jumlahnya semakin banyak. Dan saya juga menyaksikan antrean sudah mulai memanjang baik antrean ikhwan (pria), maupun antrean akhwat (wanita). “Wow Cepat Sekali udah banyak yang antre ya Mas?” ujar saya. “Iya Mas, tadi pada datang rombongan, saya sampai minta bantuan tambahan petugas yang jaga”! ujar kholis petugas registrasi ikhwan. 
Subhanallah... hanya beselang beberapa menit saja kader PKS bagaikan air bah. Mereka datang seolah tak habis-habisnya dan langsung memenuhi Balroom.Bahkan dilantai satu, kader sudah terlihat berdesak-desakan dan membludak ke belakang. “Lantai dua..lantai dua...” teriak salah seorang panitia memberikan arahan kepada sebagian kader yang masih berdiri dibarisan paling belakan. Akhirnya secara berombongan kader-kader tersebut naik ke lantai dua.
Mayoritas memang terdiri dari kalangan muda. Tetapi tidak hanya dari kalangan muda saja. dari kalangan “tua”—orang yang telah berkeluarga—pun tidak kalah banyak. Mereka bersama istri dan anak begitu antusias menemapati sela-sela ruang kosong di Balroom. 
Bongkar….bongkar…bongkar mitos itu!!!
Setelah para kader diberikan kesadaran arti penting sebuah cinta, lalu sang Ustadz memberikan pemahaman arti penting sebuah energi, sebuah optimisme kepada seluruh kader dalam mecapai visi. Beliau dalam orasinya menegaskan agar pikiran kita jangan terhegemoni oleh mitos. Jangan terpenjara oleh mitos. Jika mitos itu selalu menghantui pikiran justru akan selama-lamanya mitos itu menjajah pikiran kita.
“Meski PKS di Jateng bukan merupakan basis PKS, jangan biarkan dibenak kita tertanam bahwa Jateng adalah basisnya “Si Fulan” selama-lamanya. Belum tentu 1000 tahun lagi “Si Fulan” akan berkuasa.” Dengan gaya retoris ustadz menyamarkan apa yang dimaksud. Hadirin-pun menanggapinya dengan wajah tersenyum-senyum.
“Usia kita baru lima belas tahun dan tidak akan lama lagi Jateng menjadi basis kita”. Meliau kemudian melanjutkan “Oleh sebab itu cara satu-satunya melawan mitos itu adalah Bongkar…bongkar…bongkarrr!.  Gema takbir seakan menggetarkan setiap dinding Balroom yang megah itu.


Penulis
Anton
Ketua Komunitas Jurnalis (Keris) DPD PKS Kota Semarang


 





Tidak ada komentar: