Minggu, September 07, 2014

Paleolitikum




Mengajar sejarah di SMA ternyata bikin dilematis apa lagi saat membahas materi-materi tertentu yang hingga saat ini masih penuh kontroversi. Salah satunya adalah pembahasan mengenai zaman batu. Umumnya di dalam buku sejarah, pembagian zaman batu di bagi menjadi Zaman Paleolitikum, Mesolitikum, Neolitikum, dan Megalitikum. Zaman Paleolitikum dikenal sebagai zaman batu tua, Mesolitikum dikenal sebagai zaman batu pertengahan, Neolitikum dikenal sebagai zaman batu muda, adapun Megalitikum dikenal sebagai zaman dimana masyarakat purba menggunakan batu-batu dengan ukuran besar. 

Selain itu pada masing-masing zaman tersebut merepresentasikan tingkat kebudayaan masyarakatnya. Sebagai contoh, beberapa ciri masyarakat Zaman Paleolitikum seperti berpindah-pindah (nomaden), hidup berkelompok, mencukupi kehidupannya dengan berburu dan mengumpulkan makanan, serta telah mengenal pembagian kerja antara laki-laki dan perempuan. Kaum laki-laki tugasnya berburu, sedangkan kaum perempuannya bertugas merawat anak dan meramu makanan.

Suatu ketika ada salah seorang murid bertanya kepada saya “Pak sebenarnya Nabi Adam itu manusia purba gak sih?”. Lalu saya mencoba menjawab jika seandainya Nabi Adam itu manusia Purba sebagaimana diungkapkan para ilmuan “barat” dengan ciri-ciri kehidupannya yang sangat primitif, bagaimana mungkin beliau (Nabi Adam) mengemban risalah kenabian? Bukankah tugas kenabian tersebut merupakan tugas berat?.

Kemudian dalam kesempatan lainnya muncul lagi pertanyaan yang tidak kalah kontroversinya. “Pak manusia purba (kaum laki-lakinya) apakah melakukan poligami pada masa itu?. Saya coba menjawab “Klo menurut ilmuan barat, pola pikir manusia purba itu kan masih sangat sederhana. Kehidupan mereka bahkan mirip hewan, hukum yang diberlakukan adalah hukum rimba, siapa yang kuat dia yang menang sehingga mustahil mereka mengenal sistem poligami. Tentu dengan kehidupan primitif seperti itu manusia purba hidup tanpa aturan.

Memang banyak sekali celah yang mudah dikritisi dari pembahasan manusia purba zaman batu tersebut. Bahkan jika di bahas lebih lanjut, ciri-ciri manusia purba tersebut sulit di pertanggung jawabkan lantaran sarat dengan muatan “pendugaan” semata. Lalu, ada salah seorang murid saya bertanya kembali. “Lha itu fosil-fosil tengkorak yang ditemukan dan disimpan itu bukannya bukti bahwa memang ada manusia purba?”. Memang banyak sekali tengkorak-tengkorak yang ditemukan oleh para arkeolog barat. Bahkan tengkorak-tengkorak itu diberi nama sesuai daerah asal penemuannya serta jenis manusia purba nya, seperti Pitchecanthtropus Paleojavanicus, Homo Soloensis, Homo Wajakensis dan lain sebagainya. 

Sembari bercanda saya bertanya kepada mereka. “Jika tengkorak-tengkorak itu adalah bukti manusia purba berarti kalian harus terima jika saya katakan bahwa kita semua adalah keturunan kera, bukankah Pithetchanthropus Erektus itu salah satu manusia purba jenis kera, hehe?”. Serempak mereka bilang “Gak mau Paak....!”. 

Manusia purba menurut ilmu pengetahuan barat hidup di zaman Pra Aksara. Zaman ini usianya begitu panjang. Berlangsung selama ribuan bahkan jutaan tahun lalu. Namun zaman ini bisa dibilang zaman yang paling tidak jelas karena bukti-bukti tertulis yang diperoleh  sangat sedikit. Adapun bukti-bukti benda (artefak) banyak sekali ditemukan seperti alat-alat persembahan, kapak-kapak, dan tempat-tempat pemujaan. 

Saat ini dalam buku-buku sejarah yang menganut paradigma “Barat” masih menyebutkan bahwa asal-usul kehidupan manusia berawal dari kehidupan yang primitif lalu perlahan-lahan secara evolutif maju dan modern. Hal itu masih diyakini sebagai “kebenaran” sejarah. Padahal “kebenaran” sejarah adalah proses. “Kebenaran” sejarah tersebut bukanlah akhir. Saat sesuatu yang dianggap “kebenaran” tersebut terbantahkan, maka “kebenaran’ lama tergantikan oleh “kebenaran” baru.

Tidak ada komentar: