Saya baru menyadari bahwa hidup saya lebih banyak menjalankan rutinitas belaka tanpa makna dan kualitas. Tepat sekali pepatah mengatakan "bukan berapa lama kita hidup tapi bagaimana kita selama hidup". Sekali-kali atau mungkin setiap detik kita harus selalu introspeksi diri. Apa saja aktivitas yang kita telah lakukan? sudahkah setiap detik waktu yang Allah karuniakan kita manfaatkan dengan baik sebagai wujud kesadaran diri menjadi hamba-hamba yang bersyukur.
Sering kita menyaksikan sosok-sosok manusia yang menginspirasi walaupun kesempatan mereka untuk hidup didunia sangat singkat, namun mereka telah mengisi kehidupannya itu dengan hal-hal yang berkualitas. Mereka dikenal bukan karena panjangnya usia belaka, tapi mereka dikenal karena memiliki "nilai" dalam hidup.
Saya setuju sekali dengan ungkapan KH. Abdullah Gymnastiar bahwa sering kali kita terjebak oleh rutinitas belaka tanpa makna. sebagai contoh ketika kita sedang berbicara. Berbicara kepada seseorang hanya sekedar "Small Talk", tidak memiliki "ruh" padahal waktu yang dihabiskan untuk "Small Talk" sangat banyak. Padahal ketika kita berbicara kepada seseorang alangkah lebih baiknya jika berbicara kepadanya dengan sungguh-sungguh tidak hanya sekedar seremonial pelengkap dalam bermasyarakat. Memang ada yang mengatakan jika kita seperti itu nanti akan terkesan kaku dan kurang cair. Perlu di bedakan bahwa serius atau sunguh-sungguh bukan berarti kaku. Sering orang mengidentikan serius/sungguh-sungguh dengan kaku. Menurut saya pandangan tersebut perlu diluruskan. Serius tidak sama dengan kaku. Saya memahami bahwa seseorang bersikap kaku karena ia tidak memahami konteks. Ia ibarat mengenakan kaca mata kuda, ia tidak peka atau paham dengan lingkungan disekitarnya. Sehingga "the others" harus sesuai dengan kehendaknya.
Contoh tersebut baru sebagian kecil saja aktivitas-aktivitas yang kita lakukan yakni "berbicara". Padahal masih banyak lagi aktivitas-aktivitas kita yang lain yang masih terjebak kedalam rutinitas belaka tanpa makna.
Mungkin kita akan menaydari bahwa hidup yang Allah anugrahkan ini sangat berharga tatkala Ia memberitahukan kepada kita "masa berakhir kita". Ibarat pulsa pada detik-detik terakhir akan terasa sangat berharga dikala kita menyadari bahwa hanya sisa pulsa itulah yang bisa kita gunakan untuk mengirim pesan. Dan kita akan merasakan sebuah kemanfaatan yang benar-benar terasa ketika sisa pulsa tersebut berguna untuk kepentingan kita menyampaikan pesan. Padahal sebelumnya, ketika diawal pengisian pulsa dimana pulsa yang kita beli masih banyak, tanpa sayang, kita menghabiskan pulsa itu untuk kebanyakan hal-hal yang identik dengan "kuantitas" bukan "kualitas"
Sayangnya kita tidak bisa membeli kehidupan ini layaknya pulsa yang jika habis, kita bisa membelinya sebanyak-banyaknya (selama ada uang, hehehehe...^^). Hidup ini adalah pemberian dan kita tidak tahu sampai kapan pemberian ini akan habis masa berlakunya. Mari bersama-sama saya, anda, kita semua seperti yang diungkapkan KH. Abdullah Gymnastiar dimulai dari diri sendiri, dimulai dari hal-hal yang terkecil dan dimulai dari sekarang kita jadikan hidup kita tidak hanya rutinitas belaka tanpa makna namun hidup berkualitas bermakna.
wallohu'alam bissawab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar