Saya
belum mengerti mengapa seseorang bisa ‘kaget’. Dan dari mana asal katanya saja
masih belum tahu. Tetapi hingga saat ini kita masih sering menggunakan istilah
‘kaget’ itu. Adakah yang bisa memberikan penjelasan secara utuh apa
sesungguhnya ‘kaget’ itu. Mengapa seseorang bisa mengalaminya. Ya. semua orang
pasti pernah mengalami ‘kekagetan’ dalam keadaan tertentu. Termasuk saya juga
bahkan sering mengalami kekagetan-kekagetan.
Dua
hari yang lalu tepatnya hari kamis, saya sempat kaget. Saya dibuat kaget oleh
sebuah majalah yang ‘nyentrik’. Ketika kami sedang asyik bercengkrama diruang
tamu, saya menemukan majalah baru. Ada hal yang membuat hati saya sempat miris
pada awalnya. “Waduh adik-adik mengapa membeli majalah perempuan begini,
gambarnya (klo menurut saya) seksi lagi?!. Darah saya sempat meluap-luap tetapi
tidak serta-merta saya ungkapkan kepada mereka. Hanya sedikit terjadi
pergolakan batin saja. Lalu saya spontan nyeletuk “mengapa majalah begini yang
dibeli?! Saya heran. “Kak itu majalah hape” salah seorang adik dikontrakan
menjelaskan. Ternyata memang majalah hape. Saya buka lembar demi lembar,
ternyata memang majalah hape. Majalah yang menginformasikan jenis-jenis model hape
terbaru. “ Looh kok Majalah hape covernya gambar cewek, udah gtu seksi lagi?
Saya mencoba mengajak mereka berdialog. “Iya kak gak tahu”. Iseng-iseng saya
tanyakan lagi saja kepada adik-adik di kontrakan. “ Klo menurut kalian, gambar
ini gimana seksi gak?. Sambil tertawa mereka menjawab “ iya kak seksi”. Saya
memang mencoba meminta pendapat kepada adik-adik mengenai pendapat mereka
tentang cover majalah baru itu supaya saya tidak terjebak kepada penghakiman
sendiri. Dan lagi-lagi saya dan adik-adik satu suara bahwa gambar itu memang
seksi.
Saya
sempat geli sendiri pada awalnya. Hampir saya berburuk sangka kepada adik-adik,
saya kira itu majalah Porno. Awalnya muncul kegeraman. Tetapi ketika saya
mengatahui bahwa itu majalah hape, saya bisa mengatur ritme nafas dengan normal
kembali. Untung saya bertanya terlebih dahulu tidak langsung men-judge. Memang seseorang cendrung
berprasangka ketika ia tidak/belum tahu. Semoga Allah melindungi kita dari
setiap pra-sangka.
Muncul
kesan dalam pikiran saya bahwa hingga saat ini ‘kehormatan’ kaum perempuan
‘diekspose’ untuk dijadikan ‘alat’ untuk memasarkan produk. Saya bertanya-tanya
sebenarnya apa hubungan antara ‘perempuan’ yang dipampang dicover majalah
dengan kulaitas Hape?.
Mungkin
inikah zaman disaat nilai-nilai dan norma tidak diutamakan. Berbisnis hanya
untuk mengamalkan prinsip ekonomi kapitalistik “Dengan modal sekecil-kecilnya
untuk meraup untung sebesar-besarnya”. Dimanakah letak singkronisasi antara
perempuan seksi dan kualitas hape?. “Jaka Sembung naik ojek, gak nyambung Jek!”
Jaka sembung naik becak, Cha-Phe Dweh!”. Meskipun hari kartini telah berlalu
tetapi eksploitasi terhadapnya masih belum berlalu. Dahulu kaum perempuan
di-ekploitasi karena dalam posisi tersubordinasi karena tidak bisa mengelak
dari tradisi yang belum tercerahkan. Tetapi kini bukan saja ada kebebasan bagi
kaum perempuan untuk berekspresi tetapi sebagian ada yang menolak jika
gerak-gerinya dibatasi. Kini justru lebih mengerikan lagi. Zaman telah berubah.
Secara sadar superioritas mereka atas nama feminisme telah membuat sebagian
kaum perempuan menolak jika ada ‘nesehat-nasehat’ yang tujuannya untuk
melindungi. Akhirnya mereka melenggang dengan bebasnya. Padahal justru
merendahkan martabat dirinya sendiri. Jika pada zaman dahulu mungkin mereka
direndahkan oleh ‘orang lain’ yang ‘berkuasa’. Tetapi kini bisa jadi atas kuasa
yang telah dimiliki penuh itu, diirinya sendirilah yang merendahkan martabatnya
bukan orang lain. Oleh karena itu jangan salahkan orang lain jika tidak
‘dihargai’, tetapi hargailah diri sendiri agar bisa dihargai orang lain.
Semarang 05 Mei 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar