Senin, Juni 25, 2012

Aku ditanggal 19…

Hari itu adalah hari berbahagia bagi “mantan” Murrobi saya. Ya, Tanggal 19 Mei 2012 mereka melangsungkan pernikahan. Sungguh hati inipun berbahagia, semoga Allah senantiasa memberkahi mereka berdua. Dan hari inipun merupakah hari yang penting bagi saya. Pukul 09.00 sidang makalah Dauroh Marhalah (DM2) juga dilaksanakan di TK Mutiara Hati daerah Patemon. Saya harus memutar otak bagaimana caranya agar saya bisa menyaksikan akad nikah tersebut dan juga bisa datang sidang makalah pukul 09.00 tepat waktu?. Akad akan dimulai pukul 07.30 sesuai dengan keterangan dalam undangan. Weakness saya sungguh nyata. Saya belum memiliki kedaraan. Untungnya pada hari sebelumnya saya telah menghubungi beberapa kawan Rumah Prestasi Indonesia dan juga beberapa Kawan lain non Pembina agar bisa berangkat bersama-sama ke walimahan murrobbi saya tersebut. Hasilnya belum memuaskan. Semua kawan yang saya hubungi tidak bisa berangkat pada pagi hari. Mereka inginnya disiang hari saat resepsinya saja. Hanya aku, Akh Farichin (Fakultas Peternakan dan Pertanian 2008) dan Isna (Fakultas Peternakan dan Pertanian 2008) yang bisa berangkat pagi. Sedangkan saya dan akh Farichin sama-sama belum memiliki kendaraan. Isna yang memiliki kendaraan juga masih belum pasti bisa berangkat pagi, karena harus mengikuti program acara Indonesia menghafal di Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT). Bagaimana esok pagi? masih tanda-tanya.
Malampun berlalu beralih seketika menjadi pagi. Jam menunjukan pukul 07.00 pagi. Hari itu masih diliputi tanda-tanya, harus dengan apa kami berangkat kebawah? tok.tok..tok Assalaamu’alaikum, terdengar suara seorang laki-laki mengetok pintu seraya mengucapkan salam. Pintupun aku buka. Oh ternyata Akh Afif. ‘Sorry Ton Hape ane rusak  ntar jadi berangkat, nte ntar ke tempat akh Farichin dulu, nanti setelah itu langsung ke Wisma ane ya” aku-pun menjawabnya ‘Oke-Oke, eh Akh Isna belum pasti bisa berangkat, kita kurang motor, tapi kata Akh Farichin klo Isna ndak bisa bareng dia bisa ngajak adek wisma naek motor” akh Afif Menjawab ““Oke Ton Ane pulang dulu yaa.. Ane belom mandi hehehe,, ntar antum ke Wisma ane dulu yaa…” Ucap Afif sambil cengar cengir. Saya-pun menjawab ‘Siiip”.
Kamipun meluncur ke bawah. Saya berboncengan dengan Afif, sedangkan Akh Farichin berboncengan dengan Trianto (Fakultas Peternakan dan Pertanian 2010). Kami mencari-cari alamat sang manten. Kami salah masuk gang, akhirnya muter-muter seperti helikopter mencari landasan. Kami melihat janur kuning melengkung di Balai Kelurahan. Dengan segera kami hampiri Balai Kelurahan itu, dan masuk kedalamnya. Ternyata masih sepi. “Waduh kok sepi yaa.. Mungkin masih akad” kitapun menyusuri alamat sang manten. Alhamdulillah akhirnya kita menemukan alamatnya. Di depan rumah terlihat kendaraan roda 2 dan roda 4 terparkir disana.
“Aminnn.. Amiin.. Amiiin”
Ternyata akad sudah selesai, tinggal pembacaan doa. Kami terlambat. Tetapi kami terus berjalan masuk. Di kursi paling depan kami melihat Mas Imron dengan Istrinya. Saya benar-benar merasa canggung. “Masak Kondangan Bawa Tas?”. Ya, saya memang sengaja membawa tas, karena supaya langsung pergi ke daerah Patemon untuk mengikuti sidang makalah DM2. Di dalam tas itu berisi makalah dan buku catatan.
Kamipun duduk dikursi yang masih kosong. Bergabung dengan Wajah-wajah pengurus Rumah Prestasi Indonesia (RPI) lainnya. Salah satunya adalah Mas Asep Furqon. Ketika kami berkumpul disana. Kami terlibat percandaan-percandaan tengil ala Jomblo Terhormat. Di tambah reaksi spontanitas akh Afif yang mengundang tawa kita semua.
Jadi kasusnya begini. Tuan rumah memberikan sangu kepada salah seorang sahabat kami. Dia memang “Spesialis Tilawah”. Sahabat kami itu posisinya berada didepan Akh Afif. Ketika Amplop itu diberikan dengan cara bersalaman. Tiba-tiba Akh Afif mengeluarkan suara “Alhamdulillaaaahhh” padahal yang menerima amplop adalah sahabat kami. Mas Asep yang berada disamping Akh Afif langsung menengur sambil tertawa. “Lhooo kok antum yang alhamdulillaah… Sontak sahabat-sahabat RPI yang ada didepannya tertawa.
Akhirnya serangkaian doa pun selesai. Kami berniat untuk berfoto-foto. “Klo udah Foto-foto kita langsung pulang ya akh…” saya mengingatkan akh Afif. Akhirnya kita masuk keruangan tengah dimana sang manten sedang berfoto-foto dengan kerabat-kerabat dekat. Kitapun menunggu dengan harapan bisa mendapat giliran berfoto-foto dengan sang manten. Namun sayang seribu sayang kami kehabisan waktu. MC telah mewanti-wanti sang manten agar segera berganti pakaian karena acara akan dilanjutkan di Gedung Resepsi. Sang manten pun masuk kedalam untuk berganti pakaian. Akhirnya acara foto-foto gagal. Akhirnya kita bingung mau ngapain didalam. “Ya udah antum aja akh yang duduk disitu berdua” Kata Akh Asep sambil ketawa-ketawa. Akhirnya Akh Afif nekat duduk dikursi sang manten yang baru saja ditinggalkan untuk berganti pakaian sambil duduk minta di foto.
Akhirnya kamipun berindah ke gedung resepsi yang tadi pagi kita datangi namun suasananya masih kosong tak berpenghuni. Kami menunggu beberapa saat, sang manten belum jga muncul. Aku panic. Jam sudah menunjukkan pukul 10.00 aku sudah terlambat sidang makalah satu jam! “bagaimana ini aku belum sempat foto-foto dengan sang manten”?. Kemudian ketika aku ingin beranjak pulang, Isna-pun datang ke tempat, dan menjelaskan bahwa dia tidak bisa berangka pagi karena menemani keluarganya mengikuti program Indonesia menghafal di MAJT dan hingga saat ini belum selesai katanya. Ya sudah akhirnya memang aku harus memilih. Aku langsung berdiplomasi dengan akh Trianto yang sejak tadi juga sudah panic karena pukul 11.00 ada agenda kekampus. Alhamdulillah akhirnya aku ada teman yang bisa mengajakku pulang kearah Jatingaleh. Aku dan Trianto meminta ijin dengan sahabat-sahabat bahwa kami akan pulang terlebih dahulu.
Kamipun segera menuju kearah Banyumanik lewat kota. Akhirnya sampai juga didaerah Jatingaleh. Ketika motor kami melewati jembatan Yon Arhanudse, aku berbisik kepada Trianto “Akh ane diturunkan didepan Gedung PLN aja ya?” “Oke Mas” Jawab Trianto tidak banyak komentar. Akupun turun dari motor sambil menepuk pundaknya seraya mengatakan “Makasih banyak ya Akh.. ati-ati…” Trainto-pun menjawab “iya mas?’
Akupun ditinggalkan sendiri. Aku terus berjalan kearah kumpulan mobil angkot kuning itu. Ada beberapa angkot “mangkrak” disana. Entah pada kemana supirnya. Apakah sedang makan ataukah sedang tidur siang?. “Ini kearah Unnes Pak”? “Iya-iya” terlihat sang supir menganggukkan kepala.
Aku jengkel dengan supir angkot itu yang menghabiskan waktuku bermenit-menit menunggu penumpang. Begitupun wajah-wajah penumpang lain yang juga sedang menunggu. Waktu telah menunjukan pukul 11.00 artinya aku telah terlambat 2 jam. Dalam hati aku berdoa semoga acara sidang masih berlangsung. Aku mengeluarkan makalah yang telah aku buat semalaman. Makalah itu aku beri judul “ Rekayasa Sosial”. Sejujurnya makalah itu hanyalah kumpulan kutipan-kutipan dari buku Jalaludin Rakhmat. Aku lupa judul lengkapnya. Akupun membolak-balikan halaman demi halaman agar nanti ketika waktu sidang makalah, aku sudah memiliki gambaran apa-apa saja poin-poin yang akan aku paparkan.
Akhirnya angkot itu bergerak juga. Pelan-pelan tapi pasti menuju daerah Patemon Gunung Pati. Angkot itu dengan segenap tenaga menaklukan jalan yang naik turun itu. Ku lihat kanan kiri masih banyak pepohonan rindang, sekolah-sekolah, kampus-kampus Swasta seperti UNIKA (Universitas Katolik Sogiapranata), Untag (Universitas Tujuh Belas Agustus dan lain-lain. Sempat saya bertanya-tanya mengapa ya banyak kampus dibangun secara berdekatan dilokasi ini secara berdekatan?.
Akhirnya aku melewati kampus Unnes (Universitas Negeri Semarang). Angkot terus melaju. Khawatir tempat yang aku tuju terlewatkan. Akupun memberanikan diri bertanya kepada salah seorang penumpang ibu-ibu yang ada didalam angkot. Dengan bahasa Indonesia aku mencoba bertanya “Bu Klo daerah Patemon sebelah mana ya bu, tepatnya Klinik dr. Ita?” si Ibu menjawab “Itu daerah saya mas didepan, sebentar lagi juga sampai kok”. Alhamdulilallah akhirnya saya menemukan orang yang pas.
Karena kata si ibu lokasinya sudah dekat, sakupun mempersiapkan ongkos untuk dibayarkan ke pak supir. Namun ternyata aku hanya mempunyai selembar uang 50 ribu dikantong alias tidak membawa uang receh. Dalam hati saya bergumam “Ada tidak ya kembaliannya klo gua kasih uang 50 ribuan?”. Akhirnya tanpa pikir panjang, aku menyapa bapak-bapak yang ada disampingku. Ia seperti pedangang yang baru pulang dari pasar karena membawa barang-barang ringan yang dimasukan dalam karung. “Nun sewu Pak, Bapak ada uang receh, saya boleh nukar uang pak”? Aku sambil menunjukan uang 50 ribu. “Waduh Ndak punya mas… ya sudah pake uang saya saja”. Ia sambil mengeluarkan uang sebanyak 6 ribu rupiah. Aku semakin tidak enak hati. “Wah makasih banyak pak, jadi bapak yang bayarin, hehehe..” “ndak apa-apa”.
“Ni Mas uangnya saya titipin sama Mas aja, soalnya saya mau turun didepan”  Bapak itu menyerahkan uang pecahan lima ribuan dan seribu kepada saya. “Kiri Paaak” si Bapak meminta supir berhenti. Angkotpun lalu berhenti. kemudian Si Bapak menjelaskan bahwa uangnya berdua denganku. Kemudian dari balik kaca bapak yang namanya tidakku kenal itu tersenyum dan menganggukkan kepala, sebagaimana umumnya tradisi ketika bertemu dan berpisah.
Sikap itu membuatku berfikir beberapa saat. “Subhanalloh baik nian hati bapak itu, padahal hanya beberapa menit saja bertemu tetapi telah memberikan kesan yang luarbiasa. Dia membayarkan ongkos kepada orang yang tidak dikenalnya sekalipun, Indonesia memang masih cantik”.
Akhirnya saya sampai didepan TK Mutiara hati. Tetapi suasananya masih sangat sepi. “Kok tidak ada orang sama sekali disini, apa aku yang salah lokasi”?. Aku menunggu berberapa saat dalam kebingungan, Kebetulan posisiku berada disebrang jalan. Aku duduk kursi panjang yang terbuat dari plesteran semen.
Kemudian beberapa saat kemudian ada dua orang akhwat berhenti didepan TK yang sepertinya sama-sama sedang mencari tempat yang sama. Ia berhenti beberapa saat, sambil mengeluarkan hape. Entah siapa yang dia hubungi.
Akupun memberanikan diri menghampirinya dan menyapanya. “Mbak. mau seleksi DM2 yaa..? iapun menjawab “iyaa, Mas Ikut DM2 juga?” akupun menajwab “Iya. tapi kok gak ada orang yaa?” diapun menjawab “ndak tahu juga niiih”.
Mereka akhirnya seperti mendapat petunjuk. Dengan segera membalikan arah motornya kemudian menyapa saya “Mas tempatnya Masuk kedalam pertigaan itu (sambil menunjukan jarinya ke arah pertigaan). Karena ia menggunakan motor sedangkan kau tidak, akhirnya aku mengikutinya dibelakang. Tempatnya memang masuk kedalam. Setelah masuk kedalam aku berhenti disalah satu pertigaan seraya melihat kearah deretan parkiran motor itu. “Apakah itu tempatnya”? gumamku dalam batin.
Alhamdulillah akhirnya ketemu juga tempatnya. Ternyata TK Mutuara Hati ada juga yang bertempat didalam gang. Disana aku melihat deretan penguji calon peserta DM dua. Ketua KAMMI Daerahpun hadir disana Mas Galih Pramilu Bhakti. Ketika sampai ditempat saya ditanya. “Antum isi dulu absennya,” salah seorag akhwat mengarahkan. “Bagi yang telat nanti ada iqob menghafal surat Al-Kahfi ayat 1-10”. Aku mencoba berdiplomasi “Mbak, kan tadi pagi ane dah ijin telat, karena menghadiri Walimahan Murobbi saya dulu..”. Aku lupa jawaban pastinya. Intinya aku tetap mendapat iqob hafalan. Kemudian beliau memberi tahuku untuk ikut tes dikelopok 5. Saya masuk keruangan tes bagi kelompok lima. Wow.. peserta ikhwannya hanya aku dan sisanya kaum hawa semua. Disana terlihat “Introgasi” Tim penguji terhadap salah satu perserta. “Negara Islam yang kamu inginkan itu yang seperti apa?”. Peserta yang mendapatkan pertanyaan itu terlihat kerepotan menjelaskan argument-argumennya.
Akhirnya dengan segala argumennya peserta itu rampung juga menjelaskan apa yang tertulis dalam makalahnya. Sekarang giliranku untuk menyampaikan makalah. Tim “Introgasi” berubah formatnya. Tim awal terdiri dari Mbak Afsi (Pekom KAMMDA) dan Mas Eko (?) berubah digantikan oleh Mas Luqman. “Wah repot nih klo dia yang ngintrogasi” dalam hati sempat berbicara. Eh ternyata benar adanya setelah aku selesai memaparkan makalah. Beliau bertanya segala hal terkait makalah yang saya tulis. Mulai dari apakah Rekayasa Sosial itu bisa dilakukan tanpa didasari Ideologi? saya menjawab “tidak bisa karena syarat Rekayasa Sosial itu harus memiliki Ideologi sebagai landasan. Berusaha menjadi sok ilmiah saya mengutip pendapat Weber bahwa Rekayasa sosial itu terjadi karena beberapa faktor antara lain Ide/pandangan. pengaruh tokoh-tokoh besar dan gerakan LSM. Intinya Mboh-lah aku juga bingung. Karena sedikit terjadi perdebatan seru akhirnya Tim introgasi awal ikut-ikutan masuk menyaksikan keramaian yang ada didalam. Bahkan ikut-ikutan pula “menyumbang” pertanyaan. Padahal peserta yang lain keliatan udah gak sabaran pengen pulang. Sidang Makalahpun selesai dengan masih menyimpan sisa-sisa diskusi yang membuat kepala sedikit panas, saya diminta oleh panitia untuk memperbaiki makalah yang telah saya buat.  klo dipikir-pikir Hari itu adalah hari yang aneh, paginya menghadiri walimahan dengan segala keindahannya walaupun belum sempat berpose dengan sang manten, namun disiang harinya langsung disambut dengan sedikit “perdebatan intelektual” yang mengawang-awang.
Semarang 30 Mei 2012

Tidak ada komentar: