Hari
itu adalah hari berbahagia bagi “mantan” Murrobi saya. Ya, Tanggal 19 Mei 2012
mereka melangsungkan pernikahan. Sungguh hati inipun berbahagia, semoga Allah
senantiasa memberkahi mereka berdua. Dan hari inipun merupakah hari yang penting
bagi saya. Pukul 09.00 sidang makalah Dauroh Marhalah (DM2) juga dilaksanakan
di TK Mutiara Hati daerah Patemon. Saya harus memutar otak bagaimana caranya
agar saya bisa menyaksikan akad nikah tersebut dan juga bisa datang sidang
makalah pukul 09.00 tepat waktu?. Akad akan dimulai pukul 07.30 sesuai dengan
keterangan dalam undangan. Weakness saya
sungguh nyata. Saya belum memiliki kedaraan. Untungnya pada hari sebelumnya
saya telah menghubungi beberapa kawan Rumah Prestasi Indonesia dan juga
beberapa Kawan lain non Pembina agar bisa berangkat bersama-sama ke walimahan
murrobbi saya tersebut. Hasilnya belum memuaskan. Semua kawan yang saya hubungi
tidak bisa berangkat pada pagi hari. Mereka inginnya disiang hari saat
resepsinya saja. Hanya aku, Akh Farichin (Fakultas Peternakan dan Pertanian
2008) dan Isna (Fakultas Peternakan dan Pertanian 2008) yang bisa berangkat
pagi. Sedangkan saya dan akh Farichin sama-sama belum memiliki kendaraan. Isna
yang memiliki kendaraan juga masih belum pasti bisa berangkat pagi, karena harus
mengikuti program acara Indonesia menghafal di Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT).
Bagaimana esok pagi? masih tanda-tanya.
Malampun
berlalu beralih seketika menjadi pagi. Jam menunjukan pukul 07.00 pagi. Hari itu
masih diliputi tanda-tanya, harus dengan apa kami berangkat kebawah?
tok.tok..tok Assalaamu’alaikum, terdengar suara seorang laki-laki mengetok
pintu seraya mengucapkan salam. Pintupun aku buka. Oh ternyata Akh Afif. ‘Sorry
Ton Hape ane rusak ntar jadi berangkat,
nte ntar ke tempat akh Farichin dulu, nanti setelah itu langsung ke Wisma ane
ya” aku-pun menjawabnya ‘Oke-Oke, eh Akh Isna belum pasti bisa berangkat, kita kurang
motor, tapi kata Akh Farichin klo Isna ndak bisa bareng dia bisa ngajak adek
wisma naek motor” akh Afif Menjawab ““Oke Ton Ane pulang dulu yaa.. Ane belom
mandi hehehe,, ntar antum ke Wisma ane dulu yaa…” Ucap Afif sambil cengar
cengir. Saya-pun menjawab ‘Siiip”.
Kamipun
meluncur ke bawah. Saya berboncengan dengan Afif, sedangkan Akh Farichin
berboncengan dengan Trianto (Fakultas Peternakan dan Pertanian 2010). Kami
mencari-cari alamat sang manten. Kami salah masuk gang, akhirnya muter-muter seperti
helikopter mencari landasan. Kami melihat janur kuning melengkung di Balai
Kelurahan. Dengan segera kami hampiri Balai Kelurahan itu, dan masuk
kedalamnya. Ternyata masih sepi. “Waduh kok sepi yaa.. Mungkin masih akad” kitapun
menyusuri alamat sang manten. Alhamdulillah akhirnya kita menemukan alamatnya.
Di depan rumah terlihat kendaraan roda 2 dan roda 4 terparkir disana.
“Aminnn..
Amiin.. Amiiin”
Ternyata
akad sudah selesai, tinggal pembacaan doa. Kami terlambat. Tetapi kami terus
berjalan masuk. Di kursi paling depan kami melihat Mas Imron dengan Istrinya.
Saya benar-benar merasa canggung. “Masak Kondangan Bawa Tas?”. Ya, saya memang
sengaja membawa tas, karena supaya langsung pergi ke daerah Patemon untuk
mengikuti sidang makalah DM2. Di dalam tas itu berisi makalah dan buku catatan.
Kamipun
duduk dikursi yang masih kosong. Bergabung dengan Wajah-wajah pengurus Rumah
Prestasi Indonesia (RPI) lainnya. Salah satunya adalah Mas Asep Furqon. Ketika
kami berkumpul disana. Kami terlibat percandaan-percandaan tengil ala Jomblo
Terhormat. Di tambah reaksi spontanitas akh Afif yang mengundang tawa kita
semua.
Jadi
kasusnya begini. Tuan rumah memberikan sangu kepada salah seorang sahabat kami.
Dia memang “Spesialis Tilawah”. Sahabat kami itu posisinya berada didepan Akh
Afif. Ketika Amplop itu diberikan dengan cara bersalaman. Tiba-tiba Akh Afif
mengeluarkan suara “Alhamdulillaaaahhh” padahal yang menerima amplop adalah
sahabat kami. Mas Asep yang berada disamping Akh Afif langsung menengur sambil
tertawa. “Lhooo kok antum yang alhamdulillaah… Sontak sahabat-sahabat RPI yang
ada didepannya tertawa.
Akhirnya
serangkaian doa pun selesai. Kami berniat untuk berfoto-foto. “Klo udah
Foto-foto kita langsung pulang ya akh…” saya mengingatkan akh Afif. Akhirnya
kita masuk keruangan tengah dimana sang manten sedang berfoto-foto dengan
kerabat-kerabat dekat. Kitapun menunggu dengan harapan bisa mendapat giliran
berfoto-foto dengan sang manten. Namun sayang seribu sayang kami kehabisan
waktu. MC telah mewanti-wanti sang manten agar segera berganti pakaian karena
acara akan dilanjutkan di Gedung Resepsi. Sang manten pun masuk kedalam untuk
berganti pakaian. Akhirnya acara foto-foto gagal. Akhirnya kita bingung mau
ngapain didalam. “Ya udah antum aja akh yang duduk disitu berdua” Kata Akh Asep
sambil ketawa-ketawa. Akhirnya Akh Afif nekat duduk dikursi sang manten yang
baru saja ditinggalkan untuk berganti pakaian sambil duduk minta di foto.
Akhirnya
kamipun berindah ke gedung resepsi yang tadi pagi kita datangi namun suasananya
masih kosong tak berpenghuni. Kami menunggu beberapa saat, sang manten belum
jga muncul. Aku panic. Jam sudah menunjukkan pukul 10.00 aku sudah terlambat
sidang makalah satu jam! “bagaimana ini aku belum sempat foto-foto dengan sang
manten”?. Kemudian ketika aku ingin beranjak pulang, Isna-pun datang ke tempat,
dan menjelaskan bahwa dia tidak bisa berangka pagi karena menemani keluarganya
mengikuti program Indonesia menghafal di MAJT dan hingga saat ini belum selesai
katanya. Ya sudah akhirnya memang aku harus memilih. Aku langsung berdiplomasi
dengan akh Trianto yang sejak tadi juga sudah panic karena pukul 11.00 ada
agenda kekampus. Alhamdulillah akhirnya aku ada teman yang bisa mengajakku
pulang kearah Jatingaleh. Aku dan Trianto meminta ijin dengan sahabat-sahabat
bahwa kami akan pulang terlebih dahulu.
Kamipun
segera menuju kearah Banyumanik lewat kota. Akhirnya sampai juga didaerah
Jatingaleh. Ketika motor kami melewati jembatan Yon Arhanudse, aku berbisik
kepada Trianto “Akh ane diturunkan didepan Gedung PLN aja ya?” “Oke Mas” Jawab
Trianto tidak banyak komentar. Akupun turun dari motor sambil menepuk pundaknya
seraya mengatakan “Makasih banyak ya Akh.. ati-ati…” Trainto-pun menjawab “iya
mas?’
Akupun
ditinggalkan sendiri. Aku terus berjalan kearah kumpulan mobil angkot kuning
itu. Ada beberapa angkot “mangkrak” disana. Entah pada kemana supirnya. Apakah
sedang makan ataukah sedang tidur siang?. “Ini kearah Unnes Pak”? “Iya-iya”
terlihat sang supir menganggukkan kepala.
Aku
jengkel dengan supir angkot itu yang menghabiskan waktuku bermenit-menit
menunggu penumpang. Begitupun wajah-wajah penumpang lain yang juga sedang
menunggu. Waktu telah menunjukan pukul 11.00 artinya aku telah terlambat 2 jam.
Dalam hati aku berdoa semoga acara sidang masih berlangsung. Aku mengeluarkan
makalah yang telah aku buat semalaman. Makalah itu aku beri judul “ Rekayasa
Sosial”. Sejujurnya makalah itu hanyalah kumpulan kutipan-kutipan dari buku
Jalaludin Rakhmat. Aku lupa judul lengkapnya. Akupun membolak-balikan halaman
demi halaman agar nanti ketika waktu sidang makalah, aku sudah memiliki
gambaran apa-apa saja poin-poin yang akan aku paparkan.
Akhirnya
angkot itu bergerak juga. Pelan-pelan tapi pasti menuju daerah Patemon Gunung
Pati. Angkot itu dengan segenap tenaga menaklukan jalan yang naik turun itu. Ku
lihat kanan kiri masih banyak pepohonan rindang, sekolah-sekolah, kampus-kampus
Swasta seperti UNIKA (Universitas Katolik Sogiapranata), Untag (Universitas
Tujuh Belas Agustus dan lain-lain. Sempat saya bertanya-tanya mengapa ya banyak
kampus dibangun secara berdekatan dilokasi ini secara berdekatan?.
Akhirnya
aku melewati kampus Unnes (Universitas Negeri Semarang). Angkot terus melaju. Khawatir
tempat yang aku tuju terlewatkan. Akupun memberanikan diri bertanya kepada
salah seorang penumpang ibu-ibu yang ada didalam angkot. Dengan bahasa
Indonesia aku mencoba bertanya “Bu Klo daerah Patemon sebelah mana ya bu,
tepatnya Klinik dr. Ita?” si Ibu menjawab “Itu daerah saya mas didepan,
sebentar lagi juga sampai kok”. Alhamdulilallah akhirnya saya menemukan orang
yang pas.
Karena
kata si ibu lokasinya sudah dekat, sakupun mempersiapkan ongkos untuk
dibayarkan ke pak supir. Namun ternyata aku hanya mempunyai selembar uang 50
ribu dikantong alias tidak membawa uang receh. Dalam hati saya bergumam “Ada
tidak ya kembaliannya klo gua kasih uang 50 ribuan?”. Akhirnya tanpa pikir
panjang, aku menyapa bapak-bapak yang ada disampingku. Ia seperti pedangang
yang baru pulang dari pasar karena membawa barang-barang ringan yang dimasukan
dalam karung. “Nun sewu Pak, Bapak ada uang receh, saya boleh nukar uang pak”?
Aku sambil menunjukan uang 50 ribu. “Waduh Ndak punya mas… ya sudah pake uang
saya saja”. Ia sambil mengeluarkan uang sebanyak 6 ribu rupiah. Aku semakin
tidak enak hati. “Wah makasih banyak pak, jadi bapak yang bayarin, hehehe..”
“ndak apa-apa”.
“Ni
Mas uangnya saya titipin sama Mas aja, soalnya saya mau turun didepan” Bapak itu menyerahkan uang pecahan lima ribuan
dan seribu kepada saya. “Kiri Paaak” si Bapak meminta supir berhenti. Angkotpun
lalu berhenti. kemudian Si Bapak menjelaskan bahwa uangnya berdua denganku.
Kemudian dari balik kaca bapak yang namanya tidakku kenal itu tersenyum dan
menganggukkan kepala, sebagaimana umumnya tradisi ketika bertemu dan berpisah.
Sikap
itu membuatku berfikir beberapa saat. “Subhanalloh baik nian hati bapak itu, padahal
hanya beberapa menit saja bertemu tetapi telah memberikan kesan yang luarbiasa.
Dia membayarkan ongkos kepada orang yang tidak dikenalnya sekalipun, Indonesia
memang masih cantik”.
Akhirnya
saya sampai didepan TK Mutiara hati. Tetapi suasananya masih sangat sepi. “Kok
tidak ada orang sama sekali disini, apa aku yang salah lokasi”?. Aku menunggu
berberapa saat dalam kebingungan, Kebetulan posisiku berada disebrang jalan. Aku
duduk kursi panjang yang terbuat dari plesteran semen.
Kemudian
beberapa saat kemudian ada dua orang akhwat berhenti didepan TK yang sepertinya
sama-sama sedang mencari tempat yang sama. Ia berhenti beberapa saat, sambil
mengeluarkan hape. Entah siapa yang dia hubungi.
Akupun
memberanikan diri menghampirinya dan menyapanya. “Mbak. mau seleksi DM2 yaa..?
iapun menjawab “iyaa, Mas Ikut DM2 juga?” akupun menajwab “Iya. tapi kok gak
ada orang yaa?” diapun menjawab “ndak tahu juga niiih”.
Mereka
akhirnya seperti mendapat petunjuk. Dengan segera membalikan arah motornya
kemudian menyapa saya “Mas tempatnya Masuk kedalam pertigaan itu (sambil
menunjukan jarinya ke arah pertigaan). Karena ia menggunakan motor sedangkan
kau tidak, akhirnya aku mengikutinya dibelakang. Tempatnya memang masuk kedalam.
Setelah masuk kedalam aku berhenti disalah satu pertigaan seraya melihat kearah
deretan parkiran motor itu. “Apakah itu tempatnya”? gumamku dalam batin.
Alhamdulillah
akhirnya ketemu juga tempatnya. Ternyata TK Mutuara Hati ada juga yang
bertempat didalam gang. Disana aku melihat deretan penguji calon peserta DM
dua. Ketua KAMMI Daerahpun hadir disana Mas Galih Pramilu Bhakti. Ketika sampai
ditempat saya ditanya. “Antum isi dulu absennya,” salah seorag akhwat
mengarahkan. “Bagi yang telat nanti ada iqob menghafal surat Al-Kahfi ayat
1-10”. Aku mencoba berdiplomasi “Mbak, kan tadi pagi ane dah ijin telat, karena
menghadiri Walimahan Murobbi saya dulu..”. Aku lupa jawaban pastinya. Intinya
aku tetap mendapat iqob hafalan. Kemudian
beliau memberi tahuku untuk ikut tes dikelopok 5. Saya masuk keruangan tes bagi
kelompok lima. Wow.. peserta ikhwannya hanya aku dan sisanya kaum hawa semua.
Disana terlihat “Introgasi” Tim penguji terhadap salah satu perserta. “Negara
Islam yang kamu inginkan itu yang seperti apa?”. Peserta yang mendapatkan
pertanyaan itu terlihat kerepotan menjelaskan argument-argumennya.
Akhirnya
dengan segala argumennya peserta itu rampung juga menjelaskan apa yang tertulis
dalam makalahnya. Sekarang giliranku untuk menyampaikan makalah. Tim
“Introgasi” berubah formatnya. Tim awal terdiri dari Mbak Afsi (Pekom KAMMDA)
dan Mas Eko (?) berubah digantikan oleh Mas Luqman. “Wah repot nih klo dia yang
ngintrogasi” dalam hati sempat berbicara. Eh ternyata benar adanya setelah aku
selesai memaparkan makalah. Beliau bertanya segala hal terkait makalah yang
saya tulis. Mulai dari apakah Rekayasa Sosial itu bisa dilakukan tanpa didasari
Ideologi? saya menjawab “tidak bisa karena syarat Rekayasa Sosial itu harus
memiliki Ideologi sebagai landasan. Berusaha menjadi sok ilmiah saya mengutip pendapat
Weber bahwa Rekayasa sosial itu terjadi karena beberapa faktor antara lain
Ide/pandangan. pengaruh tokoh-tokoh besar dan gerakan LSM. Intinya Mboh-lah aku juga bingung. Karena
sedikit terjadi perdebatan seru akhirnya Tim introgasi awal ikut-ikutan masuk
menyaksikan keramaian yang ada didalam. Bahkan ikut-ikutan pula “menyumbang”
pertanyaan. Padahal peserta yang lain keliatan udah gak sabaran pengen pulang. Sidang
Makalahpun selesai dengan masih menyimpan sisa-sisa diskusi yang membuat kepala
sedikit panas, saya diminta oleh panitia untuk memperbaiki makalah yang telah
saya buat. klo dipikir-pikir Hari itu
adalah hari yang aneh, paginya menghadiri walimahan dengan segala keindahannya
walaupun belum sempat berpose dengan sang manten, namun disiang harinya
langsung disambut dengan sedikit “perdebatan intelektual” yang mengawang-awang.
Semarang
30 Mei 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar