Bertepatan
pada hari Jumat malam hari tanggal 10 Agustus 2012, Panitia Ramadhan dan INSANI
UNDIP mengadakan Kajian Spesial bakda Tarawih di Masjid Kampus dengan
menghadirkan langsung pembicara asal Rohingya Lukman Hakim. Kajian tersebut
diselenggarakan atas kerjasama Takmir Masjid Undip dengan Pusat Informasi dan
Advokasi Rohingya-Arakan (PIARA).
Dalam
acara tersebut turut juga hadir Rektor Universitas Diponegoro Prof Dr
Sudharto
P. Hadi memberikan
sambutan. Pada kesempatan itu, beliau juga didampingi oleh Sekretaris Takmir Masjid
Dr. Luthfi Mahfud dan Sekretaris Umum Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia
(ICMI) wilayah Jawa Tengah Dr. Suharnomo.
Dalam sambutannya beliau merasa prihatin
terhadap kondisi masyarakat muslim Rohingya saat ini. Terlebih lagi Undip
mempunyai keinginan memberikan gelar Doktor Honoris Causa (Doktor HC) kepada Au
San Suu Kyi sebagai salah satu
tokoh Myanmar yang memperoleh nobel perdamaian. Namun melihat perkembangan
pemerintahan Myanmar yang belum berhenti melakukan tekanannya kepada umat
muslim Rohingya, keinginan untuk memberikan gelar tersebut akan menjadi sulit
diwujudkan.
Dalam
sambutannya juga beliau menghimbau kepada ratusan jamaah shalat tarawih yang terdiri dari
dosen, mahasiswa serta masyarakat sekitar kampus bahwa sudah selayaknya sebagai
seorang muslim kita harus membantu umat muslim Rohingya. Beliau juga memberikan
apresiasi kepada panitia penyelenggara yang dengan segala upaya mengusahakan
kajian berlangsung dengan mendatangkan
langsung pembicara dari Rohingya di Masjid Kampus melihat masih simpang siurnya
informasi mengenai umat muslim Rohingya. Sebagai bentuk dukungan UNDIP terhadap
muslim Rohingya, Rektor memberikan bantuan secara simbolis kepada Lukman Hakim
salah satu penduduk Rohingya.
Kemudian
acara dilanjutkan dengan pemaparan oleh Lukman Hakim salah seorang pendiri Arakan Rohingya National Organization
(Organisasi Nasional Arakan Rohingya). Beliau dalam bahasa Inggris menyampaikan
mengenai asal-usul umat muslim Rohingya. Dalam penjelasannya kepada para
jamaah, beliau menerangkan bahwa Rohingya merupakan etnis minoritas yang
mendiami provinsi Arakan. Mereka mempunyai sejarah yang panjang. Berabad-abad
Arakan merupakan Kerajaan Independen yang diperintah oleh umat Hindu, Budha dan
Muslim. Kemudian Burma menginvasi dan mendudukinya (Arakan) pada tahun 1784.
Sejak itulah Arakan berubah menjadi Provinsi Burma yang berbatasan dengan
Bangladesh. Selain itu, beliau menerangkan bahwa jejak suku Rohingya merupakan
keturunan Arab, Turki, Persia, Afganistan, Bengali dan beberapa keturunan
Indo-Mongoloid. Terdapat kelompok-kelompok etnis yang berkembang secara berbeda
dalam masyarakat dengan berbagai bahasa,
perbedaan budaya dan peradaban mereka selama beberapa abad lalu. Perkampungan
mereka di Arakan terlacak sejak 7 Abad
M. Sebutan “Rohingya” berasal dari “Rohang”, sebutan kuno “Arakan”.
Populasi Rohingya diestimasi mencapai 3 Juta jiwa.
Namun yang menjadi permasalahan hingga
saat ini pemerintah Myanmar tidak mengakui status kewarganegaraan mereka.
Bahkan pemerintah mengeluarkan kebijakan-kebijakan Burmanisasi, Budhaisasi
dalam negara. Umat muslim diabaikan dan dimarjinalkan.
Selain
itu Lukman Hakim memaparkan kesulitan-kesulitan yang umat muslim Rohingya alami
sebagai masyarakat tanpa status kewarganegaraan terlebih-lebih aturan-aturan
pemerintah yang sangat diskriminatif. Dalam keadaan serba sulit dan penuh
tekanan seperti itu umat muslim Rohingya mencari kehidupan.
Selanjutnya beliau menghimbau kepada
seluruh jamaah agar terus berupaya memberikan bantuan baik materi maupun moril
kepada umat muslim Rohingya dengan cara membooming-kan
isu Rohingya ke media. Beliau juga meminta kepada pemerintah Indonesia sebagai negara yang memiliki posisi strategis
di ASEAN agar lebih tanggap menyelsaikan permasalahan Rohingya.
Semarang, 10 Agustus
2012
*Penulis merupakan
penanggung jawab kajian Ahad Dhuha Masjid Kampus Undip
Tidak ada komentar:
Posting Komentar