Senin, November 26, 2012

Konsumerisme ada dimana-mana

Pada suatu ketika saya merasa amat gembira sekaligus bingung saat  berada di dalam sebuah toko buku. Padahal saya memiliki uang meski tak seberapa untuk membeli beberapa buku. Saking banyaknya koleksi di dalam toko tersebut justru membuat saya kebingungan buku mana yang nanti akan saya beli?. Begitu juga saat saya berada di dalam perpustakaan besar yang koleksi bukunya amat banyak saya juga justru kebingungan buku mana yang akan saya pinjam?. Ya, Alhamdulillah, Klo ada uang, saya terkadang (sekali lagi terkadang) membeli buku. Tetapi yang unik, ketika buku-buku bagus bertumpuk-tumpuk di hadapan saya, justru saya tidak bisa mengontrol diri. Ingin rasanya memiliki koleksi itu semua. Bagaimana dengan sikap anda jika anda mengalami kejadian seperti saya, tentunya dengan passion anda masing-masing. Akankah anda mengalami kebingungan seperti saya?.

Sepertinya sifat saya selalu merasa ingin memiliki semua. Apakah sifat seperti saya ini juga dimiliki oleh manusia lainnya?. Nafsu ingin tahu segalanya, nafsu ingin menguasai, nafsu ingin memiliki. Saya teringat nasehat seorang tokoh besar India Mahatma Gandhi, ia mengatakan “Seluruh isi dunia ini cukup untuk memenuhi segala kebutuhan manusia, tetapi tidak akan cukup memenuhi nafsu seorang manusia”. Tidak hanya Mahatma Gandhi banyak nasehat-nasehat para ulama kita sendiri mengungkapkan kecendrungan sifat manusia yang serakah. Ekstremnya dikasih sedikit kurang bersyukur dan bersabar, ketika dikasih lebih malah kebingungan dan tidak siap. Ujung-ujungnya malah tersiksa oleh kebingungannya sendiri. Dikasih salah, tidak dikasih juga salah. Maunya apa?

Sehingga, menurut pandangan saya kontrol diri itu penting. Hati ini perlu dikondisikan sejernih mungkin. Keinsyafan kita sebagai manusia yang lahir dengan segala keterbatasan perlu disadari betul. Konteks saya saat berada di toko buku atau di perpustakaan untuk membeli dan membaca buku perlu dijernihkan dan dipahami sejernih mungkin. Untuk apa saya pergi ke toko atau ke perpustakaan?. Apakah karena ingin menjadi orang yang serba tahu agar dianggap hebat? Padahal untuk menggapai sesuatu yang diinginkan itu bukanlah hal yang instan tetapi butuh proses pajang bahkan berdarah-darah. Realita menunjukan bahwa saat ini memang saya belum banyak tahu akan suatu hal. Pengetahuan saya masih dangkal. Disisi lain hasrat ingin banyak tahu begitu besar. Inilah terkadang yang membuat saya bahkan mungkin anda menjadi “frustasi”. Seolah-olah ingin memaksakan diri dengan menjejalkan banyak pengetahuan. Padahal sejatinya perlu disadari bahwa semuanya butuh proses yang tidak instan. Terlebih setiap orang dilahirkan unik, memiliki daya kerativitas yang tidak sama satu dengan yang lainnya.

Memang saya sendiri mengapresiasi rasa ingin tahu yang besar itu baik untuk meningkatkan kapasitas. Memang begitulah proses belajar yang saya alami. Namun saya baru menyadari bahwa dalam menuntut ilmu itu perlu kejernihan hati bukan sekedar “Ambisi”. Dengan berusaha menjernihkan hati dalam proses belajar, nafsu untuk “bersaing” untuk “mengalahkan” kiranya perlu ditinggalkan dalam proses belajar selama ini. Bahwa saya butuh belajar  karena saya membutuhkannya untuk mencari jati diri saya sebagai manusia. Bahwa belajar esensinya adalah proses mencari pencerahan bukan persaingan semata. Dan ilmu Allah disekitar kita amat luas. Gunung pertanyaan masih begitu besar menerpa benak kita, mengapa begini mengapa begitu, kok begini kok begitu. Kiranya satu demi satu misteri ilahi yang amat luas kita cari jawabnya. Untuk apa, ya untuk apalagi jika bukan untuk mengerti hakikat diri kita sendiri.

Semarang, 19 November 2012
Disamping kanan Rizal Pramudiarta yang lagi serius main game,
 dan didepan Anwar Rosyidin yang sedang asyik main twitter
Anton


Tidak ada komentar: