Pada suatu ketika saya merasa amat gembira sekaligus bingung saat
berada di dalam sebuah toko buku. Padahal saya memiliki uang meski tak
seberapa untuk membeli beberapa buku. Saking banyaknya koleksi
di dalam toko tersebut justru membuat saya kebingungan buku mana yang
nanti akan saya beli?. Begitu juga saat saya berada di dalam
perpustakaan besar yang koleksi bukunya amat banyak saya juga justru
kebingungan buku mana yang akan saya pinjam?. Ya, Alhamdulillah, Klo ada uang, saya terkadang (sekali lagi terkadang) membeli buku. Tetapi yang unik, ketika
buku-buku bagus bertumpuk-tumpuk di hadapan saya, justru saya tidak
bisa mengontrol diri. Ingin rasanya memiliki koleksi itu semua.
Bagaimana dengan sikap anda jika anda mengalami kejadian seperti
saya, tentunya dengan passion
anda
masing-masing. Akankah anda mengalami kebingungan seperti saya?.
Sepertinya sifat saya selalu merasa ingin memiliki semua. Apakah sifat seperti saya ini juga dimiliki oleh manusia lainnya?. Nafsu ingin tahu segalanya, nafsu ingin menguasai, nafsu ingin memiliki. Saya teringat nasehat seorang tokoh besar India Mahatma Gandhi, ia mengatakan “Seluruh isi dunia ini cukup untuk memenuhi segala kebutuhan manusia, tetapi tidak akan cukup memenuhi nafsu seorang manusia”. Tidak hanya Mahatma Gandhi banyak nasehat-nasehat para ulama kita sendiri mengungkapkan kecendrungan sifat manusia yang serakah. Ekstremnya dikasih sedikit kurang bersyukur dan bersabar, ketika dikasih lebih malah kebingungan dan tidak siap. Ujung-ujungnya malah tersiksa oleh kebingungannya sendiri. Dikasih salah, tidak dikasih juga salah. Maunya apa?
Sehingga,
menurut pandangan saya kontrol diri itu penting. Hati ini perlu
dikondisikan sejernih mungkin. Keinsyafan kita sebagai manusia yang
lahir dengan segala keterbatasan perlu disadari betul. Konteks saya
saat berada di toko buku atau di perpustakaan untuk membeli dan
membaca buku perlu dijernihkan dan dipahami sejernih mungkin. Untuk
apa saya pergi ke toko atau ke perpustakaan?. Apakah karena ingin
menjadi orang yang serba tahu agar dianggap hebat? Padahal untuk
menggapai sesuatu yang diinginkan itu bukanlah hal yang instan tetapi
butuh proses pajang bahkan berdarah-darah. Realita menunjukan bahwa
saat ini memang saya belum banyak tahu akan suatu hal. Pengetahuan
saya masih dangkal. Disisi lain hasrat ingin banyak tahu begitu
besar. Inilah terkadang yang membuat saya bahkan mungkin anda menjadi
“frustasi”. Seolah-olah ingin memaksakan diri dengan menjejalkan
banyak pengetahuan. Padahal sejatinya perlu disadari bahwa semuanya
butuh proses yang tidak instan. Terlebih setiap orang dilahirkan
unik, memiliki daya kerativitas yang tidak sama satu dengan yang
lainnya.
Memang
saya sendiri mengapresiasi rasa ingin tahu yang besar itu baik untuk
meningkatkan kapasitas. Memang begitulah proses belajar yang saya alami. Namun
saya baru menyadari bahwa dalam menuntut ilmu itu perlu kejernihan
hati bukan sekedar “Ambisi”. Dengan berusaha menjernihkan hati
dalam proses belajar, nafsu untuk “bersaing” untuk “mengalahkan”
kiranya perlu ditinggalkan dalam proses belajar selama ini. Bahwa
saya butuh belajar karena saya membutuhkannya untuk mencari
jati diri saya sebagai manusia. Bahwa belajar esensinya adalah proses
mencari pencerahan bukan persaingan semata. Dan ilmu Allah disekitar
kita amat luas. Gunung pertanyaan masih begitu besar menerpa benak
kita, mengapa begini mengapa begitu, kok begini kok begitu. Kiranya
satu demi satu misteri ilahi yang amat luas kita cari jawabnya. Untuk
apa, ya untuk apalagi jika bukan untuk mengerti hakikat diri kita
sendiri.
Semarang,
19 November 2012
Disamping
kanan Rizal Pramudiarta yang lagi serius main game,
dan
didepan Anwar Rosyidin yang sedang asyik main twitter
Anton
Tidak ada komentar:
Posting Komentar