Ada lelucon
menarik yang mungkin sudah bukan baru lagi. Lelucon itu menyangkut persoalan
tentang mengapa visual hantu disetiap negara berbeda-beda. Di negara maju
biasanya hantu-hantu divisualisasikan dengan kostum yang rapi dan modis. Jika
hantunya berjenis kelamin laki-laki biasanya mereka divisualisasikan mengenakan
jubah, jas, dasi, dan sepatu. Sedangkan jika hantunya berjenis kelamin
perempuan biasanya divisualisasikan mengenakan blues atau pakaian-pakaian yang
serba lux.
Biasanya
hantu-hantu negara maju tersebut bertempat tinggal di gedung-gedung megah dan
tinggi seperti kastil/istana. Sedangkan hantu-hantu dinegara berkembang
biasanya divisualisasikan dengan kostum memprihatinkan seperti hanya oblongan
berlapis kain kafan (kuntilanak), terikat kaki dan tangannya (pocong), hanya
mengenakan kolor (kolor ijo), bahkan ada juga yang divisualisasikan tidak pake
baju seperti genderuwo, wewegombel, dan tuyul. Entahlah valid atau tidak
visualisasi itu, yang pasti visualisasi seperti itu yang sering ditampakkan
dalam film-film atau sinetron. Bisa jadi visualisasi itu bersumber dari
saksi-saksi mata yang pernah melihat penduduk-penduduk ghaib itu dan diyakini
kebenarannya. Selain itu biasanya hantu-hantu di negara berkembang bertempat
tinggal ditempat-tempat yang termarjinalkan seperti dikolong jembatan, di hutan-hutan,
dirumah, di trowongan, di rumah-rumah tua yang tidak berpenghuni.
Visual Hantu di Masa Depan???
Unik memang hantu-hantu di Indonesia. Bisa jadi visualisasi tersebut adalah
penggambaran konteks atau jiwa zamannya, atau istilah kerennya adalah
penggambaran sosiokultural masyarakat pada suatu kondisi dan tempat dan waktu
tertentu. Ada lelucon menarik yang mengatakan bahwa hantu-hantu tersebut juga
terbawa keadaan. Sebab di negara berkembang kebanyakan masyarakatnya
belum sejahtra alias miskin, sehingga hantu-nya juga ikut-ikutan miskin.
Singkat kata, hantu-hantu di Indonesia bisa menjadi representasi
(perwakilan) suatu perekonomian suatu bangsa. Kok bisa? Ya bisa saja mengapa
tidak bisa, sah-sah saja saya berspekulasi. Itu baru satu aspek saja, belum
aspek fashion dan tempat tinggal. Bisa jadi banyak aspek-aspek lain yang bisa
dijadikan tolak ukur untuk menjelaskan kondisi suatu negara serta masyarakat
seperti bahasa atau percakapan. Bukankah hantu itu pandai menyamar?
Oleh sebab itu bisa jadi dimasa yang akan datang, 10 atau 20 tahun kedepan
seiring dengan perkembangan gaya hidup masyarakat yang semakin bebas,
hantu-hantu juga akan mengikuti gaya hidup masyarakat. Bisa jadi saat ini atau
juga kedepannya visualisasi hantu tidak lagi sebagaimana yang saya gambarkan
sebelumnya atau tidak lagi seperti yang digambarkan dalam film dan sinetron
yang lazim dipertontonkan dilayar kaca. Hantu-hantu dimasa yang akan dating
akan semakin trendy. Jika kebetulan hantu itu menyerupai manusia yang berjenis
kelamin laki-laki, bisa jadi nanti visualisasinya berambut ala mohak plus cat
warna, pensilan, antingan, tattoo-an, dll. Begitu pula hantu yang berjenis
kelamin perempuan bisa jadi nanti hantu tersebut akan mengenakan hotpan, celana
pendek diatas dengkul, berambut lurus reebonding plus cat warna. Bisa jadi juga
hantu-hantu itu akan menyerupai Boyband atau Girlband yang semakin marak saat
ini. Tidak hanya fashion saja, bisa jadi hantu-hantu tersebut juga akan meniru
gaya bicara ala chibi atau alay cius miapah. Bukankah demikian
kawan-kawan?
Just Kidding
before sleeping, hehehe
From Pengamat
Amatiran
Semarang, 3
Januari 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar