Kamis, Januari 17, 2013

Kebutuhan Pasar dan Passion

Menurut saya sering kali kebutuhan pasar yang hegemonik berpotensi mengubur dalam-dalam passion kita. Pandangan kita dialihkan agar berusaha memiliki nilai tambah sebagaimana yang dibutuhkan pasar. Padahal belum tentu dengan memenuhi kebutuhan pasar itu membuat kita bahagia dan total melakukan kerja-kerja terbaik. Al-hasil kita hanya diciptakan menjadi manusia-manusia pekerja yang memang ditugaskan sebatas "memenuhi kebutuhan" tidak lebih dari itu. Dan faktanya kebanyakan memang itu yang terjadi.
        Memang sebuah pemikiran besar sering kali lahir dari negara-negara yang sejahtera. Perut tidak lagi menghalangi ide-ide besar mereka. Dan mereka bersemangat mewujudkan ide-ide besar itu. Sehingga bisa kita saksikan perkembangan ilmu-ilmu tumbuh subur di negara-negara tersebut seperti filsafat dan segala turunannya (Sains dan Teknologi). Dan hal itu merupakan hal yang biasa karena kondisinya memang kondusif melahirkan generasi-generasi hebat. Akan menjadi luar biasa perjuangan seorang anak manusia yang hidup dalam kondisi yang kurang kondusif mengembangkan ide besarnya, tetapi ia berani berfikir besar dan berhasil merealisasikannya.
        Itulah pentingnya imajinasi, ia tak terbatas baik ruang dan waktu. Mari kita berusaha mencoba mengapresiasi setinggi-tingginya sebuah imajinasi seseorang meski dalam konteks tertentu "otak" kita berat menerimanya. Mungkin bukan tidak bisa menerima, hanya saja kecendrungan otak kita menuntut pembuktian-pembuktian empiris saja. Dan ketika terbukti, tidak mustahil otak yang tadinya berat meneria itu akan justru berbalik menerima. Imajinasi membuat kita semakin dinamis berkembang dan maju dan terkadang hingga membawa seseorang lupa ia sedang berada dimana dan dalam kondisi bagaimana. Dan kita sebagai manusia juga perlu sadar bahwa hidup ini tidak semata-mata berimajinasi saja. Ada hak-hak fisik yang harus kita penuhi. Semoga kita menjadi orang2 yang menghargai setiap lintasan imajinasi serta menajdi orang2 yang sadar akan kondisi.
       Dan memang sebaik-baiknya apresiasi adalah dari Allah. Bisa jadi saat kita tidak diapresiasi manusia dalam hal tertentu (saat mengembangkan potensi yang kita miliki), kita frustasi dan beralih pilihan dengan mencari-cari disisi mana orang-orang disekitar kita memberikan apresiasinya kepada kita. Dan dalam kondisi seperti ini sangat besar potensi kita terkubur oleh arus besar hegemonik pasar dan menjadi "barang permintaan" pasar demi eksistensi dan apresiasi lingkungan tersebut. Pada saat-saat tertentu, kita mendapatkan apresiasi dari lingkungan tersebut. Namun ketika dititik jenuh dan apresiasi manusia-pun memudar terhadap kita, kita akan perlahan tapi pasti akan kembali goyah dan menjadi manusia yang tak berharga. Inilah yang saya maksud. Bisa jadi seringkali ketika bersandar pada pendangan manusia, kita menjadi tidak total mengembangkan potensi dan kerja-kerja terbaik kita. Dengan kata lain kita hanyalah menjadi 'budak" yang terkungkung oleh seribusatu macam pandangan manusia bukan bersandar hanya kepada Allah saja yang kekal dan Maha melihat. Al-hasil bisa jadi hingga saat ini potensi dan kerja kita belum optimal.

Tidak ada orang bodoh dan yang pintar di dunia ini, klopun ada, itu hanyalah klaim yang diciptakan. Dan sarat kepentingan. Hanya Tuhan yang berhak menilai. Namun sayang kita sering salah memahami perkataan Tuhan.

Tidak ada komentar: