Jumat, Agustus 23, 2013

Mahasiswa dan Gerakan Pembebasan



Kita patut bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa hingga detik ini bangsa Indonesia telah menginjak usia 68 tahun kemerdekaanya. Sebuah perjuangan panjang yang tidak mudah dan melelahkan. Telah banyak anak bangsa yang berkorban demi tegaknya negeri ini. Bisa jadi sebagian dari mereka belum sempat melihat buah perjuangan yang melelahkan itu disebabkan gugur di medan pertempuran.
Jika kita menengok masa lalu bahwa ide-ide pembebasan rakyat dari kaum penjajah muncul dari diskusi-diskusi kaum terpelajar. Mereka yang memiliki kesempatan mengenyam pendidikan kolonial menjadi motor gerakan "pemberontakan" terhadap pemerintah kolonial. Meski mereka dididik dalam budaya kapitalis, mereka justru mengkritik keras kebijakan-kebijakan pemerintah yang diskriminatif terhadap kaum pribumi. Naluri mereka berontak melihat kondisi masyarakatnya diperbudak oleh bangsa asing. Mereka berontak melihat bangsanya hidup sebagai kuli dengan gaji 1 sen sehari.
Di Jakarta munculah organisasi Budi Utomo (BU) tanggal 20 Mei 1908 yang terdiri atas mahasiswa kedokteran STOVIA (School tot Opleiding van Indische Artsen). Sekolah ini merupakan sekolah untuk pendidikan dokter pribumi di Batavia pada zaman kolonial Hindia-Belanda, (Sekarang Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia).
Meski belum secara tegas memproklamirkan diri sebagai gerakan politik tetapi bersifat sosial, ekonomi, dan kebudayaan. Berdirinya Budi Utomo menjadi awal gerakan yang bertujuan mencapai kemerdekaan Indonesia walaupun pada saat itu organisasi ini awalnya hanya ditujukan bagi golongan berpendidikan Jawa. Sebagaimana ungkapan Moh. Hatta bahwa gerakan BU masih bersifat kedaerahan namun BU ibarat lonceng yang membangkitkan munculnya kesadaran nasional.
          BU telah memberikan pelajaran bagi kita meski kaum terpelajar dididik dalam hegemoni kapitalis, akan tetapi benih-benih kesadaran sebagai bangsa justru tumbu bersemi. Agaknya hal ini sangat menginspirasi bagi seluruh mahasiswa di Indonesia untuk saat ini. Benih kesadaran inilah yang menjadi modal utama bangsa ini terbebas dari penjajah baik oleh bangsa sendiri maupun oleh bangsa asing.
            Dari sini kita melihat bahwa sejatinya mahasiswa sebagai kaum terpelajar memiliki peran penting untuk membebaskan masyarakat disekitarnya dari lilitan kebodohan. Mahasiswa harus memiliki kepedulian sosial dengan sekitarnya. Peran-peran inilah yang musti dihidupkan kembali demi terwujudnya kemerdekaan masyarakat secara nyata. Bukankah selama ini sebagian orang sering kali mempertanyakan "benarkah bangsa Indonesia telah merdeka?". Pertanyaan ini memang tugas pemerintah sebagai pengelola negara untuk menyelesaikannya, akan tetapi sebagai mahasiswa tugas sebagai agen perubahan harus diwujudkan.
Bagaimana mewujudkannya? Ya, para mahasiswa era pergerakan nasional mewujudkan cita-cita kemerdekaan dengan berhimpun dalam wadah organisasi. Begitupun mahasiswa saat ini yakni dengan aktif dalam organisasi, membentuk kelompok-kelompok diskusi dan semacamnya yang berfokus dalam pemecahan-pemecahan persoalan masyarakat. Kalau mahasiswa tidak perduli dengan sekitarnya, tidak peduli dengan persoalan bangsanya, apriori dengan organisasi, lalu bagaimana mungkin cita-cita kemerdekaan bisa terwujud?. Kemerdekaan ini adalah amanah yang telah diwariskan oleh para pendahulu dengan segala pengorbanannya tidak sia-sia.  Dan tugas kitalah yang menjaganya. Jayalah negeriku Indonesia.

Tidak ada komentar: