Senin, November 04, 2013

Pada Suatu Ketika Aku dan Skripsi



Aku masih duduk di ruang tunggu Kepala Jurusan D III Kearsipan Fakultas Ilmu Budaya. Aku menunggu dosen pembimbingku Dr. Alamsyah M.Hum. Beliau selain mengajar Sejarah juga memiliki jabatan sebagai Ketua Jurusan DIII Kerasipan.

Di ruang tunggu hanya ada aku sendiri. Hampir satu jam aku menunggu. Aku tanyakan kepada petugas TU ternyata dosen pembimbingku sedang ada rapat. Entah rapat apa. “Wah alamat nunggu lama ini”. Bisikku dalam hati. Untungnya di ruangan TU selalu di putar musik pop santai, sehingga sedikit mengobati kebosananku. Bait demi baik Aku dengarkan dengan saksama suara merdu almarhum Crisye. Sepertinya di TU sejarah hampir setiap hari suara Crisye tak dilewatkan. Apa di komputer kantor Cuma ada lagu itu saja?

Terkadang ada rasa malu, segan, boring, dan macam-macam. Gila! Ini sudah semester 11!. Aku sudah memiliki adik 5 angkatan. Apa kata mereka jika mereka tahu Aku angkatan “super tua”. Meskipun itu bukan urusan mereka. Bertemu dengan dosen-dosen dengan pertanyaan yang hampir sama? “Nunggu Siapa?” “Sudah lulus?” Kerja dimana?”. Malu itu itu manuiawi. Aku merasa malu sudah terlambat studi satu tahun. Meskipun demikian Aku berusaha sabar dan menikmati proses yang Aku jalani. Pasti ini Aku lewati! Pasti akan selesai jika aku sabar dan tekun! Itulah energiku yang membuatku bertahan mengerjakan skripsi ini. Satu bundel skripsi telah Aku siapkan sebaik mungkin dari abstraksi hingga daftar pustaka. Aku pandangi draf skripsi itu berulang-ulang. Masih ada yang kelirukah?.

Sejak pukul 21.00 WIB tanggal 27 Oktober malam, Aku “korbankan" jam tidurku untuk merevisinya. Aku periksa dengan saksama mulai dari sisi redaksional hingga isi. Waktu itu memang perasaanku masih bercampur aduk. Terkadang bisikan-bisikan pertanyaan muncul begitu saja. “Apakah nanti masih harus direvisi lagi atau harus dirombak?. “Duh kira-kira apa lagi nih yang bakalan di coret-coret?”. “Kok gak selesai-selesai ya?” Kira-kira begitu. Apakah jika seseorang tidak tahu apa yang terjadi di masa depan ia akan selalu berburuk sangka? Apakah ini hanya kemelut perasaanku saja?

Aku  pandangi sekali lagi skripsi itu dengan penuh harapan. Ya. Ini adalah hasil kerja kerasku selama satu tahun mulai dari penggalian sumber-sumber primer, sekunder (buku-buku) hingga penulisan. Aku masih sadar ‘kesalahanku’ di semester 7. Aku tidak mengumpulkan tugas mata kuliah Seminar Proposal. Aku ingat dosen mata kuliah bersangkutan sampai-sampai meneleponku. Waktu itu ada persentasi proposal seminar pukul 13.00 WIB. Aku tahu memang pukul 13.00 WIB ada kelas. Namun entah karena Aku belum siap dan bercampur rasa malas, sehingga aku memilih tidak masuk kuliah. Teman-teman meng-SMS-ku. Aku terharu dengan kepedulian mereka. Mereka bertanya “Ton gak kuliah?, “Ton Kamu gak persentasi?” “Ton di tunggu Bu Yetti Lhoo”, “Ton Kamu masih diberi waktu sampe jam 3 Sore”.  Waktu itu aku sedang makan siang di Warteg sebelah kontrakan di daerah Banjarsari, tepatnya di Gang Gayamsari Kelurahan. Aku acuh tak acuh saja membaca SMS-SMS itu. Buat apa aku tanggapi, toh waktu tidak memungkinkan. Tetapi yang bikin aku kaget sekaligus tersentak adalah ketika Bu Yetti nelpon. Dengan nada menyayangkan sikapku itu Bu Yetti Bilang “Mas Anton Kamu mau gimana Mas, mau persentasi hari ini atau tidak, klo tidak kamu harus ngulang tahun depan? Aku terdiam sejenak. Beliau masih menunggu jawabanku via telepon. Dan akhirnya aku bilang dengan perasaan berat. “Ngulang saja Bu, makasih banyak atas segala perhatiannya”. Beliau membalasnya “Ya sudah klo begitu”. Nafsu makanku hilang, aku termenung sejenak. Aku baca kebali SMS teman-temanku sembari membayangkan persentasi  di kelas, dan Aku ingat-ingat lagi pertanyaan Bu Yetti. Seharian penuh aku uring-uringan. Aku menyesal. Benar-benar menyesal. Aku telah mengecewakan banyak orang, terutama orang tua yang susah payah banting tulang membiayaiku kuliah.

Waktu itu memang aku banyak bentrok dengan beberapa agenda. Mulai dari persiapan pemberangkatan KKN dan Msuyawarah Komisariat. Kuliahku sudah aku kalahkan untuk fokus mengurus KKN dan menghadiri Musyawarah Komisariat KAMMI. Jelas Seminar Proposalku gagal. Aku tidak akan menyalahkan KKN apalagi KAMMI. Bukan karena kesibukan mengurus persiapan KKN, bukan karena kesibukan kudi KAMMI tapi akulah yang tidak pandai mengatur waktu. Aku saja yang sering menunda-nunda kerjaan. Dan ini yang harus aku terima. Ini konsekuensi atas segala tindakanku.

Di Semester 8 aku hanya mengisinya dengan memperbaiki nilai-nilai yang jelek. Aku ikut 3 Mata Kuliah seperti Sejarah Industrialisasi, Sejarah Indonesia Kontemporer dan Historiografi. Alhamdulillah setelah ku ulang, nilai ketiga mata kuliah itu membaik. Sejarah Industi aku dapat A, Sejarah Industrialisasi dapat B, dan Historiografi dapat B.

Nah di semester 9 aku ambil mata kuliah Seminar Sejarah. Mata kuliah yang aku tunggu-tunggu sejak semester 7. Mata kuliah ini juga merupakan syarat mengambil Skripsi. Di Semester inilah aku mulai riset tepatnya sejak bulan April 2013. Aku berfikir keras kira-kira tema apa yang bisa aku jadikan bahan penulisan proposal. Yang menjadi minatku dan dekat dengan duniaku. Aku mulai meraba-raba sesuatu yang dekat dengan kehidupanku dan yang menjadi minatku. Yup. Aku dapat tema. Aku ingin menulis tentang organisasi KAMMI. KAMMI adalah organisasi pemuda/mahasiswa Islam. Ya. Aku tertarik! Aku juga dekat dengan KAMMI karena memang aku telah terdaftar sebagai kader KAMMI. Dan kemungkinan besar aku bisa dapat banyak sumber tentang KAMMI karena aku “orang dalam”. Awalnya aku tentukan akan ambil skup nasional. Aku coba ke Jakarta mencari sumber-sumber tentang KAMMI. Aku datangi sekretariat KAMMI Pusat. Meskipun ketika di Jakarta aku harus gigit jari karena sumber data benar-benar tidak bisa diharapkan. Aku kecewa.

Akhirnya aku putar otak lagi. Aku sudah tertarik ingin menulis tentang KAMMI tapi aku kesulitan mendapatkan sumber. Lalu aku putuskan menulis tentang KAMMI Semarang saja. Aku datang ke sekretariat KAMMI Semarang. Tapi sebelumnya aku buat surat ijin meneliti terlebih dahulu. Aku coba tanyakan kepada Mas Galih selaku ketua KAMMI Semarang. Akhirnya aku bisa cek sumber-sumber yang ada. Dan Alhmadulillah ternyata sumber-sumber arsip sejak tahun 2003 masih ada. Lalu aku rubah skup nasional ke lokal di latar belakang masalah Proposal Penelitian sembari mengulang satu mata kuliah Filsafat Sejarah.

Aku ajukan proposal itu ke dosen. Respon Dosen baik. Lalu aku ajukan pula sebagai proposal Skripsi di semester 10. Dosen pun merespon dengan baik. Akhirnya 100 persen sudah aku bertekad menulis skripsi tentang KAMMI Semarang. Judul awalnya “Dinamika KAMMI di Kota Semarang Tahun 1998-2009”.

Proposal itu kemudian aku masukan ke Jurusan untuk meminta persetujuan Kepala Jurusan. Aku tunggu selama 1 Minggu dan aku dapat disposisi dari Bu Endang. Beliau meminta aku bertemu dengan Pak Alam meminta persetujuan pula darinya. Alhamdulillah Pak Alam merespon baik dan memberi catatan-catatan seputar judul serta apa-apa saja yang harus aku lakukan dari judul skripsi yang aku ajukan.

Aku mulai melakukan bimbingan secara rutin. Terkadang 2 x dalam sebulan, 3 kali x dalam sebulan. Aku usahakan tidak menelantarkan skripsi. Meski aku sudah tidak ada laptop dikarenakan hilang sejak semester 8 Aku malah semakin sungguh-sungguh menggarap skripsi. Pak Alam benar-benar teliti. Bukan perkalimat yang di corat-coret, bahkan perkata, susunan kalimat, tanda baca seperti titik koma spasi dsb. Aku ikuti saja intruksi Pak Alam. Meski harus pinjam leptop sana-sini, mencuri-curi waktu luang teman ketika sedang “nganggur” leptopnya, dan mengerjakan di rental di Malam harinya. Tekadku hanya satu. Aku harus merampungkan skripsi ini bagaimanapun caranya. Terkadang sulit sekali mencari kesempatan luang teman-teman, sehingga aku sulit mengetiknya. Aku akhirnya usahakan mengerjakan di rental setiap malam.

Pak Alam Akhirnya selesai rapat. Beliau segera masuk ruangan. Aku masih di ruang tunggu. Aku menunggu panggilan. Akhirnya aku di panggil masuk ke ruangannya. Aku bawa se-bundel skripsi dengan perasaan penuh harapan. “ Ini Pak saya sudah merevisi bab 4 nya sesuai instruksinya di email”. Lalu ia hanya memegangnya dan membaca abstraknya. Lalu beliau bilang “Mas kamu kemarin masih belum jelas bab 4 tentang penerapan konsep pengaruh, peranan dan dampak.” Lalu Aku katakan “ Iya Pak saya sudah rubah bab 4-nya, saya baru memahami perbedaan antara konsep pengaruh, peranan dan dampak. Beliau menyahut lagi “Nah itu, jadi harus disesuaikan dengan judul, kamu kemarin tidak singkron dengan judulnya”. Lalu aku balas lagi “ nggeh Pak sudah saya revisi dan dampak-dampaknya sudah saya hilangkan. Lalu Pak Alam bilang “Kamu sudah mantap tho?” Aku jawab “Insya Allah sudah Pak, saya sudah maksimal, udah saya cek siang malam Pak, hehe”. Lalu dia katakan lagi “ Yowis klo sudah mantep, daftar sidang saja”. Aku benar-banar senang sekali mendengarnya. “Mana surat persetujuannya?”. Aku bingung. “Surat Apa Pak?” Pak Alam Jawab “ Ya surat tanda sekripsinya disetujui mana suratnya’? Aku Jawab “Waduh saya belum buat Pak”. “ya sudah nanti menyusul”. Aku jawab “ Baik Pak Terimaksih banyak!”. Akhirnya Pak Alam menyalaminku dan mengucapkan “Selamat Mas!”.

Tanggal 28 Oktober ternyata merupakan hari terakhir aku mendapatkan bimbingan skripsi. Kku benar-benar senang sekali hari itu. Saking senangnya aku bingung harus berekspresi bagaimana lagi. Teriak tidak mungkin, nangis apa lagi. Ya akhirnya aku cuma senyum-senyum sumringah dan merasa haru. Thanks Ya Robb!. Kerja kerasku selama ini membuahkan hasil. Lembur-lemburku di malam buta terbayar sudah. Banyak sekali yang di terlantarkan demi skripsi ini. Ya. Hidup memang penuh konsekuensi dan pengorbanan. Setiap keputusan punya konsekuensi, punya dampak. Apakah harus di puji ataukah di cela. Setiap orang punya kepentingan masing-masing dalam berinteraksi. Berusaha menjadi manusia yang di cintai semua  itu baik. Rosulullah saja dengan keagungan akhlaknya masih saja ada yang membencinya. Apalagi kita?. Sekali lagi bahwa berusaha menjadi manusia yang dicintai semua manusia itu baik. Tapi untuk dicinta semua orang sepertinya tidak mungkin. Bisa jadi dengan sikap tertentu kita adalah sisi terang bagi kelompok tertentu, tapi belum tentu bagi kelompok yang lain. Jadi yang harus dilakukan adalah tegas para prinsip. Lakukan sesuatu yang baik jika yakin apa yang dilakukan itu baik.

(Ditulis Malam hari 3 November 2013)

Tidak ada komentar: