Sabtu, Juli 25, 2015

Momen Lebaran Sebagai Penanda Waktu

Apa yang menjadikan momen lebaran mejadi sangat spesial? Apakah karena shalat ied berjamaahkah?, kumpul keluargakah?, mudikkah?, baju barukah?, opor ayamkah?, kue lebarankah?, reuni teman lamakah?, punya teman hidup baru atau momongan barukah? 

Ya, momen lebaran seakan menjadi penanda waktu perjalanan seseorang untuk sejenak berhenti melihat-lihat diri sudah sampai dimanakah perjalalan ini? Momen untuk bercermin diri seperti apakah diri ini?.

Bagi umat Islam, momen lebaran penuh dengan suasana suka cita. Mungkin saat masa kanak-kanak dahulu kita juga merasakan bertapa istimewanya hari lebaran. Momen lebaran terasa sangat istimewa bagi kita karena di hari itu kita sudah tidak sabar ingin memakai baju baru dan menanti amplop dari saudara-saudara, dan jalan-jalan ketempat-tempat rekreasi.


Momen lebaran  bisa jadi terasa istimewa karena ketika shalat ied berakhir biasanya akan selalu dilanjutkan dengan bersalam-salaman untuk  saling maaf-memafkan satu dengan yang lain, meskipun mungkin dilakukan hanya setahun sekali. Inilah momen yang begitu terasa. Ketika bersalam-salaman dengan saudara dan para tetangga seakan-akan hati kita kembali putih. Saat melihat  air mata tumpah sembari saling berpelukan. Terasa seakan-akan kesalahan-kesalahan yang pernah dilakukan seolah terbayar dengan saling maaf-memafkan itu. Indah sekali memang momen lebaran. Ketika melihat senyum ramah bertebaran dimana saja.

Bertemu para tetangga yang sudah bertahun-tahun tidak bertemu, kawan-kawan SD, SMP, SMA, seolah kembali bernostalgia ke masa lalu. Membayangkan masa-masa kecil dulu ketika mandi di sungai bersama, main bola bersama, ngumpul-ngumpul bersama, nakal-nakal bersama. Dan kini saat momen lebaran semuanya telah berubah, masing-masing sudah memiliki kehidupan sendiri-sendiri, cerita sendiri-sendiri yang begitu asyik untuk didengarkan. 

Akan tetapi tidak selamanya momen lebaran berisi hal-hal yang indah saja, namun juga ada cerita-cerita sedih. Cerita ketika ada beberapa saudara kita tidak bisa mudik karena merasa atau pada kenyataanya tidak punya biaya untuk pulang kampung. Ada juga yang merayakan momen lebaran di pengungsian dan lain sebagainya. Selain itu bisa jadi tahun lalu anggota keluarga masih lengkap, namun di tahun ini ada beberapa anggota keluarga sudah dipanggil Allah terlebih dahulu sehingga terasa ada sesuatu yang hilang.

Bagi saya merayakan lebaran seperti melihat perjalanan waktu. Melihat teman-teman sudah berkeluarga bahkan punya momongan, menyadarkan bahwa saya sudah dewasa bukan anak-anak lagi. Melihat adik-adik yang dahulu masih balita, masih kecil-kecil namun kini telah tumbuh besar menjadi remaja. Melihat para tetangga yang dahulu masih terlihat muda, gesit, namun kini terlihat semakin tua bahkan renta. Merasa satu persatu saudara-saudara sudah tiada seakan memberikan nasehat bahwa kehidupan didunia ini sangatlah sementara, waktu berlalu bergitu cepat. Apakah saya masih bisa bertemu dengan momen Ramadhan atau lebaran selanjutnya? Hanya Allah Yang Maha Tahu. Semoga momen lebaran bukan hanya sekadar euforia baju baru, kue lebaran, rekreasi, liburan semata akan tetapi benar-benar menjadi titik balik menjadi manusia yang lebih baik di masa yang akan datang karena bisa jadi lebaran tahun ini adalah momen terakhir bagi kita untuk merayakannya.

Sumber Gambar : anneahira.com
Magelang, 25 Juli 2015

Tidak ada komentar: