Rabu, Oktober 19, 2011

Urgensi Rekrutmen dan Strategi Efektifnya

Pendahuluan 
 
Setiap lembaga tentu membutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) untuk memenuhi kebutuhannya. SDM mutlak diperlukan sebagai penggerak utama. Sebuah lembaga dibentuk tanpa dukungan SDM yang kurang memadai pasti akan berakibat tidak optimalnya fungsi lembaga tersebut. Sebuah lembaga dibentuk tentunya mempunyai tujuan-tujuan yang ingin dicapai. Oleh sebab itu agar tujuan-tujuan tersebut bisa dicapai, sebuah lembaga harus memiliki SDM yang sesuai. Setiap lembaga pastinya harus memikirkan keberlangsungan hidupnya. Karena jika tidak dipikirkan dan dicarikan SDM penerus, tunggu saja masa kehancuran lembaga tersebut. Sehingga persiapan SDM disetiap lembaga mutlak diperlukan. Oleh karena itu jenis lembaga apapun yang ingin selalu hidup dan berkembang harus memiliki persiapan yang mantap tidak hanya berfikir untuk masa saat ini saja, namun juga memikirkan untuk masa yang akan datang. Mengapa sebuah lembaga harus mempersiapkan SDM untuk mengoptimalkan kinerja dan menjaga keberlangsungan eksistensinya? Jawabannya sederhana saja karena SDM merupakan sesuatu yang tidak abadi dan ada masa berakhirnya. Sedangkan usia dari sebuah lembaga sangat mungkin melebihi manusianya itu sendiri. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah dengan menggunakan metode rekrutmen atau penjaringan. Metode rekrutmen disesuaikan dengan jenis lembaga bersangkutan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhannya.
Lembaga Dakwah Kampus (LDK)sebagai lembaga dakwah tentu tidak jauh berbeda dengan lembaga-lembaga lainnya dalam hal keterbutuhan SDM untuk menjaga ke-eksisan-nya. Walaupun banyak sekali perbedaan sifat dan karakternya. Lembaga ini bukanlah seperti lembaga-lembaga lainnya, karena lembaga ini dibentuk dengan tujuan-tujuan khusus yaitu mensnyiarkan Islam di tataran civitas akademika Kampus. LDK bukanlah lembaga yang profit oriented dalam arti keduniaan. LDK merupakan sarana untuk manusia-manusia yang ingin memperjuangkan tegaknya nilai-nilai Islam. Meskipun bisa saja sub-sub LDK dalam perjalanan mengakkan nilai-nilai Islam bergerak dibidang yang profit oriented, namun tujuan utamanya tidaklah demikian. Tujuan utamanya adalah tegaknya nilai-nilai Islam di lingkungan Kampus.
Karena lembaga ini tidak bergerak dibidang yang profit oriented, tentunya memiliki tantangan-tantangan sendiri yang sangat berbeda dengan lembaga-lembaga pada umumnya. Bukanlah atas dasar materi seseorang bergabung dalam lembaga ini, bukan atas dasar ingin mencari kemapanan, popularitas atau kesenangan-kesenagan duniawi semata seseorang bergabung dalam lembaga ini. Bahkan bisa jadi seseorang yang bergabung dalam lembaga ini akan banyak berkorban baik waktu, harta dan jiwanya. Karena sifatnya seperti inilah maka lembaga ini jarang diminati oleh kebanyakan orang dan hanya orang-rang terpilihlah yang bisa menempati lembaga yang sangat “unik” ini. Oleh sebab sifatnya yang unik, maka lembaga ini sedikit peminatnya dan butuh perjuangan yang keras untuk mencari SDM-SDM luarbiasa untuk mengisinya dalam rangka berjuang mengakkan nilai-nilai Islam dengan sarana organisasi. Orang-orang yang mempunyai semangat amar ma’ruf nahi munkar. Dimana mereka harus meneruskan risalah yang dibawa oleh para Nabi.

Rekrutmen yang “cantik”
Karena secara sunnatullah jumlah para penyeru tidak lebih banyak dari yang diseru, maka sebuah organisasi atau lembaga (dalam hal ini LDK) dengan keterbatasannya dituntut harus mampu mengelola kelompok mayoritas.
Sebagai “pedangang” yang mempromosikan “Islam” dengan gajinya adalah pahala yang sudah dijanjikan, para pedagang dimana iman sebagai landasan bergeraknya maka sebisa mungkin barang dagangannya disaajikan secara menarik, publikasi didesain semenarik mungkin. Kemudian yang perlu diperhatikan dalam mempublikasikan LDK juga tidak serta merta saja namun juga perlu strategi. Saat ini sarana untuk publikasi sudah sedemian macam banyaknya baik dunia nyata maupun dunia maya. Dunia nyata bisa dengan cara-cara konvensional yaitu dengan menyebar pamflet, booklet, dsb. Sedangkan di dunia maya bisa dilakukan lewat jejaring sosial seperti Facebook, Twitter, Blog, Website, SMS dan sebagainya. Sarana-sarana tersebut harus dipilih mana saja yang memungkinkan dan efektif untuk publikasi. Tidak harus semuanya di pakai, namun sarana-sarana tertentu saja yang menjadi trend dan sering digunakan oleh mahasiswa. Kemudian setelah memilih sarana apa saja yang paling efektif maka publikasi harus dilakukan secara intens dan perlu waktu untuk mengiklankan diri. Hindari publikasi yang dilakukan secara mendadak dan dengan waktu yang singkat. Jika memungkinkan publikasi bisa dilakukan 1 bulan penuh khusus hanya untuk publikasi.
Dalam tataran kampus, hal yang sangat mungkin dilakukan adalah sebagai contoh ketika datang masiswa baru, maka seharusnya LDK memberikan bantuan-bantuan yang sekiranya sangat dibutuhkan oleh mahasiswa baru. Bantuan-bantuan tidak harus selalu uang, namun juga bisa berbentuk pelayanan-pelayanan. Sehingga bisa menggugah hati mereka bahwa orang-orang LDK (baca: rohis) itu ramah-ramah, baik-baik dan peduli kepada mereka. Secara manusiawi seseorang akan merasa senang sekali jika diperhatikan dan dipedulikan. Jika mereka sudah terpikat dengan sikap kita maka ia pasti akan bertanya siapa sebenarnya kita. Nah disitulah kita mulai memperkenalkan diri.
Selanjutnya, karena jumlah penyeru tidak lebih banyak dari yang diseru, maka si penyeru harus menyadari pentingnya informasi dari subjek yang akan diseru. Disitulah si penyeru memainkan peran “intel” nya untuk sebanyak mungkin menggali informasi semua hal tentang subjek yang diseru, bisa dengan memberikan lembar biodata satu persatu kepada mahasiswa, ataupun bisa dengan bekerjasama dengan pihak universitas atau fakultas. Tidak hanya cukup dengan mengumpuklan data sebanyak-banyaknya, tapi perlu tindak lanjut riil yang harus dilakukan. Data tersebut kita harus olah dan kita analisis. Misalkan dalam lembar biodata terdapat pertanyaan hobi mahasiswa baru dan ternyata mayoritas suka mendengarkan musik, maka LDK sebisa mungkin mengadakan kegiatan-kegiatan kesenian Islami yang berkaitan dengan musik. Kemudian jika mayoritas mahasiswa menyukai menulis, maka sebisa mungkin LDK harus memfasilitasi ataupun mengadakan kegiatan-kegiatan penulisan atau lomba-lomba. Memang pekerjaan ini tidak semudah teorinya dan perlu tindakan riil dan kesabaran yang tinggi tapi Rosulullah SAW telah banyak mengajarkan kita buah dari kesabaran. Dengan demikian program kerja dari sebuah LDK lebih bisa disesuaikan dengan kondisi mahasiswa. Hal ini agar tidak terjadi sebuah LDK mengalami stagnanisasi program kerja, dimana program-program kerja warisan pendahulu selalu dipertahankan dengan alasan karena program tersebut masih belum optimal. Padahal kondisi mahasiswa dari zaman-kezaman selalu berubah mengikuti trend. Sehingga yang perlu diperhatikan adalah bukan merubah program kerja yang memang penting dilaksanakan tersebut, namun dibingkai atau disajikan sedemikian rupa semenarik mungkin agar para mahasiswa baru merasa nyaman dan senang.
Kemudian jika kondisi LDK di kampus tertentu belum mampu bergerak banyak karena alasan kendala SDM, jangan memaksakan diri dengan membuat sebanyak-banyaknya program kerja. Tapi harus juga memperhatikan skala prioritas yang paling dibutuhkan. Misalkan; ada sebuah LDK yang jumlah pengurusanya tidak lebih dari 5 orang sedangkan jumlah mahasiswa muslim dikampus tersebut ada 1000 mahasiswa muslim. Tentunya tidak mudah bagi 5 orang tersebut mengkonter 1000 mahasiswa. Namun demikian tidak mudah bukan berarti tidak mungkin.
Kita bisa menyaksikan sendiri dan harus belajar banyak dari bangsa Yahudi (terutama Yahudi Zionis) dalam hal mempengaruhi dunia. Bagaimana mungkin bangsa yang secara kuantitas kecil tapi mampu “menguasai” hampir seluruh aspek kehidupan manusia, mulai dari aspek ilmu pengetahuan, politik, budaya, dan yang paling mencolok ialah aspek ekonomi. Oleh sebab itu walaupun jumlah pengurus LDK hanya ada beberapa orang saja, namun harus militan dan cerdas memanfaatkan potensi-potensi yang ada disekitarnya agar tujuan LDK tersebut bisa tercapai.
Ada baiknya persiapan harus dilakukan secara matang dalam upaya perekrutan mahasiswa baru. Persiapan harus direncanakan sedemikian rupa tidak boleh sekedarnya. Karena hasil akan mengikuti sejauh mana ikhtiar dan persiapan kita. Terkadang kita sering mengeluh dan mengeluh sedikit sekali melakukan evaluasi. Kita sering menuntut dalam dakwah tapi jarang bercermin sudah sejauh mana ikhtiar kita. Kita sering menomor duakan dakwah, padahal dalam dakwah kita harus total dan tidak mengenal sikap ganda. Setahu saya Rosulullah SAW tidak pernah mengeluh padahal tantangan dakwah pada masa beliau sungguh berat. 
 
Penutup 
 
Sesungguhnya sudah banyak sekali kisah-kisah pada masa Rosulullah dan para sahabat yang sangat menginspirasi kita. Sudah banyak pula buku-buku yang membahas dan menulis tentang seluk beluk dakwah, keutamaan dakwah juga tantangan-tantangannya. Tinggal bagaimana kita berusaha mem-praksis-kan kisah-kisah serta teori-teori tersebut dalam kepribadian dan kehidupan nyata sehari-hari. Sesunggunya Rosulullahpun berdakwah lebih banyak dengan perbuatannya, dengan akhlaknya yang anggun.
Sebagai kata akhir saya ingin berbagi saja ada sebuah nasehat yang sangat menginspirasi “kemenangan adalah milik siapa yang siap”, selama kita belum siap menyambut kemanangan, dan ikhtiar kita belum mencerminkan sikap seorang pemenang. Maka selama itu pula kita tidak akan menjadi pemenang. Begitu juga dakwah ini, jika LDK sebagai sebuah lembaga belum melakukan ikhtiar secara sempurna maka mustahil kemenangan sempurna akan diperoleh.
Wallahua’lam bisshawab




WISMA RI, 16-17 Juli 2011