Minggu, Juni 15, 2014

Lentera Hidup 1


Satu bulan lebih saya tidak menulis. Tepatnya tidak menulis karangan panjang. Biasanya dalam sebulan, saya bisa membuat 3 karangan bebas yang berisi pemikiran, kesan, dan apa saja yang saya rasa perlu dituliskan. Jika menulis yang ringkas-ringkas  mungkin tiap jam seperti menulis status facebook, bbm, dan wahats up.  Memang faktor utama yang menyebabkan berkurangnya produktivitas saya dalam menulis karena kesibukan baru yang saya lakoni sekarang. Kini saya mempunyai amanah menjadi pengajar sejarah di SMA Ihsanul Fikri Mungkid Magelang. Padahal jadwal mengajar saya bisa dikatakan sangat longgar. Namun ternyata saya lebih banyak di beri tugas diluar sekolah.

Di penghujung penerapan kurikulum KTSP (Kurikulum Terpadu Satuan Pendidikan) ini, porsi pelajaran sejarah sedikit sekali. Kelas X hanya mendapat porsi  1 jam pelajaran (45 menit), kelas XI IPS2 jam, dan kelas  XI IPA mendapat porsi 1 jam dalam seminggu. Singkat sekali. Saya tidak mengerti alasan dari pihak kurikulum memberikan porsi yang sedikit terhadap mata pelajaran sejarah. Padahal di sekolah umum lainnya, mata pelajaran sejarah mendapat jatah waktu 2 jam.  Dalam porsi waktu tersebut saya harus menyampaikan materi sejarah yang begitu banyak. Waktu yang sangat tidak ideal memang. Tapi apa mau dikata, sebagai pendatang baru saya mencoba mengikuti ritme terlebih dahulu. Sebetulnya banyak waktu luang bagi saya jika hanya sebagai pengajar sejarah. Menjadi seorang pengajar (guru) tidak menjadikan saya terbebani. Bagi saya mengajar merupakan hal yang menyenangkan dan melapangkan dada.  Saya merasa banyak hal yang bisa diberikan kepada anak-anak. Bagi saya mengajar bukanlah sekadar rutinitas tanpa makna. Bagi saya mengajar merupakan tugas mulia. Oleh sebab itu saya berusaha seoptimal mungkin memberikan yang terbaik bagi anak-anak. Ada hal yang mengganjal saat saya ingin menyampaikan pelajaran. Saya pada semester pertama belum memiliki laptop. Hal ini membuat saya merasa kurang optimal dalam memberikan pelajaran sehingga saya berusaha sebisa mungkin menyampaikan materi dengan atraktif, lugas dan deskriptif.  Satu kali dua kali metode saya ini tidak menjadi masalah namun kalau saya tidak ada variasi mengajar, hanya berbekal ceramah saja sepertinya materi yang saya sampaikan belum bisa diserap dengan baik oleh anak-anak. Apa yang saya sampaikaikan detail-detailnya belum dipahami anak dengan baik. Dan anak-anak pun merasa bosan dengan cara seperti ini. Pelajaran sejarah seharusnya bisa sangat menyenangkan jika dilengkapi perangkat yang menunjang. Saya pun menyadari pada semester pertama ini saya mengajar dalam keadaan kurang optimal.

Mengajar sejarah bagi saya bukan hanya menceritakan kronologis peristiwa-peristiwa sejarah, dan menuntut anak-anak mengejar nilai tinggi belaka. Bukan!. Mengajar sejarah bagi saya lebih dari sekadar menjalankan kewajiban sebagai karyawan sekolah.Tapi sebagai cara saya memberikan pencerahan dan inspirasi kepada anak-anak. Apalagi saya menyadari bahwa kurikulum sejarah nasional menurut saya ada beberapa hal yang masih abu-abu dan bahkan bersebrangan dengan nilai-nilai Islam. Sekolah Islam terpadu pun mau tidak mau harus memakai buku panduan yang ditulis oleh orang yang notabene secara pemikiran belum jelas arahannya. Inilah keprihatinan saya sehingga membuat hati saya terpanggil ikut mengarahkan anak-anak didik agar tidak “disesatkan” oleh kisah sejarah yang bersebrangan dengan pemikiran Islam. Dan hati saya pun sebetulnya menyimpan keprihatinan yang mendalam dengan pengelola kurikulum yang minim apresiasi terhadap mata pelajaran sejarah. Meskipun demikian, saya tidak akan membuat ulah dengan banyak melakukan kritik-sana-sini. Saya percaya bahwa pengelola pun tidak lama kemudian akan menyadari bahwa pendidikan sejarah bagi siswa adalah urgen.

Dan yang sedikit menggembirakan saat ini kurikulum 2013 menaru perhatian besar terhadap pelajaran sejarah. Kurikulum 2013 ini saya sadari adalah hasil debat panjang “orang langitan” yang konsern terhadap pendidikan di Indonesia. Meskipun banyak terjadi pro kontra terhadap kurikulum ini,

Inilah salah satu alasan saya mengapa saya memilih “bekerja” sebagai guru yang mungkin secara materi gajinya tidak tinggi. Tapi secara mental, saya merasakan kepuasan batin sebagai guru. Saya merasa ilmu yang saya dapatkan selama ini berguna bagi orang lain. Dan sebagai manusia saya merasa lebih berharga. Semoga jalan hidup yang saya pilih ini merupakan letera hidup saya.

Mungkid, Magelang 14 Juni 2014

Tidak ada komentar: