Kamis, Oktober 23, 2014

Pejuang



Pejuang bagi saya adalah orang yang dengan sungguh-sungguh konsisten merealisasikan idealismenya.  Tapi rasanya itu belum bagi saya. Sering kali saya mlipir dari tujuan-tujuan yang hendak saya capai. Saya lebih sering kali terbuai dengan kesenangan-kesenangan sementara yang justru menjauhkan dari tujuan semula. Saya tidak tahan hidup menderita. 

Pejuang itu bagi saya adalah orang yang sungguh-sungguh menjaga ucapannya dari perkataan kotor baik di kala sendiri maupun ramai. Tapi rasanya itu belum bagi saya.  Sering kali saya pilih-pilih tempat untuk mengekspresikan kata-kata. Di  tempat  tertentu saya bicara halus, sopan, santun, namun di tempat lainnya tatkala ada kesempatan untuk berbicara seenaknya pun saya lakukan.

Pejuang itu bagi saya adalah orang yang menegakkan shalat lima waktu berjamaah bagi laki-laki di Masjid di kala waktu sangat memungkinkan untuk shalat berjamaah. Tapi rasanya itu belum bagi saya. Kerap kali saya melewati waktu shalat berjamaah hanya karena kelelahan. 

Pejuang itu bagi saya adalah orang berani berkata benar di depan siapapun. Tidak takut dengan konsekuensi yang dihadapinya. Tapi rasanya itu belum bagi saya. Sering kali saya “diam”, tidak perduli dengan keadaan untuk cari aman. 

Pejuang itu yang benar-benar berada di depan saat menghadapi masalah lantaran keputusan yang diambil. Ia tidak menghilang dari peredaran. Tapi rasanya itu belum bagi saya. Sering kali saya menghindar, mengkambinghitamkan orang lain untuk bersama-sama memikul masalah yang saya hadapi. 

Pejuang itu bagi saya adalah orang yang selalu hadir saat dibutuhkan dan menuntaskan segala tanggung jawabnya dengan sebaik mungkin. Tapi rasanya itu belum bagi saya. Sering kali saya hilang atau menghilangkan diri pada saat-saat dibutuhkan dan meninggalkan sisa-sisa tanggung jawab yang tak tuntas. 

Pejuang itu bagi saya adalah orang yang menjalankan tugasnya dengan sepenuh jiwa. Menjadikan sesuatu yang dahulu tidak pernah ada menjadi ada. Ia tidak lemah hanya karena kekurangan yang terjadi di sana-sini. Ia tidak putus asa sebab lingkungan yang kurang mendukung. Namun ia  adalah orang yang berpikir bagaimana caranya agar kekurangan-kekurangan itu bisa di atasi.

Mungkid, 23 Oktober 2014

Tidak ada komentar: