Senin, November 23, 2015

Arsip Sebagai Kekuatan Membangun Peradaban (Versi Lengkap)

“Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah dikerjakan untuk hari esok”
(Q.S Al-Hasyr: 18)

Seorang astronom kenamaan asal Amerika Serikat Carl Sagan (1934-1996) pernah melontarkan penyesalannya; “Seandainya perpustakaan Alexandria tidak dibakar dan tradisi keilmuannya terus berlanjut, maka barangkali sosok Albert Einstein sudah muncul lima abad yang lalu. Atau mungkin malah seorang Einstein tidak akan pernah ada, sebab perkembangan ilmu pengetahuan yang integral dan menyeluruh sudah terjadi, dan mungkin pada akhir abad keduapuluh Masehi ini, sedikit saja umat manusia yang masih tinggal di bumi, karena sebagian besar telah menjelajah dan mengkoloni bintang-bintang, dan telah beranak-pinak sampai mencapai miliaran jiwa!. Kalau pada tahap sekarang ini kita baru memasuki era globalisasi dengan adanya kemudahan transpotasi berkat pesawat-pesawat jumbo, maka jika seandainya pusat ilmu di Mesir itu tidak dibakar kaum fanatik, dan warisan ilmiahnya berkembang terus tanpa terputus, kita sekarang sudah memasuki era antar bintang (interstellar era), dengan kapal-kapal ruang angkasa yang berseliweran di atas orbit bumi, dan dengan nama-nama kapal yang tidak dalam bahasa Inggris seperti kebanyakan sekarang, tapi dalam bahasa Yunani!”.
Kita pun bisa berandai-andai. Seandainya agresi pasukan Mongol tidak menghancurkan kota Baghdad yang megah itu, yang konon di dalamnya terdapat banyak sekali perpustakaan dengan koleksi buku yang berjumlah ribuan bahkan ratusan ribu, mungkin saat ini kemajuan yang dialami umat Islam  akan berlipat-lipat dan tidak perlu umat Islam berbondong-bondong belajar ke Eropa. Sayangnya kemegahan perpustakaan Alexandria, Baghdad, itu hanya sekadar menjadi cerita karena kenyataanya harta karun itu tidak pernah ditemukan kembali.

Bagi masyarakat Mesir mengingat kemegahan perpustakaan Alexandria cukup membanggakan sekaligus memilukan. Begitu pula bagi umat Islam, saat mengingat masa keemasan era Bani Umayyah di Damaskus, Abbasiyah di Baghdad maupun Bani Umayyah di Andalus. Setidaknya dengan mengingatnya umat Islam  akan merasa bangga terhadap generasi terdahulu. Betapa sunguh-sungguhya generasi terdahulu dalam pengembangan ilmu pengetahuan.

Ya. Masa lalu memang telah berlalu. Akan tetapi dengan berlalunya masa, apakah berarti semuanya hilang? Benarkah manusia tidak membutuhkan masa lalu untuk membangun kehidupannya dimasa yang akan datang? Bukankah hari ini adalah buah dari perbuatan dihari kemarin?

Meski manusia yang hidup hari ini tidak akan pernah bisa kembali ke masa lalu, namun beberapa peristiwa masa lalu jejak-jejaknya masih bisa kita lihat. Dan ini penting sekali untuk menjaga kontinuitas peradaban. Sungguh disayangkan apabila kemajuan-kemajuan yang terjadi di masa lampau tidak bisa kita lanjutkan alias terputus begitu saja. Akibatnya peradaban kita akan stagnan dan berputar-putar ditempat yang sama. Oleh sebab itu memahami masa lalu sangat penting dalam rangka membangun masa depan. Syarat utama agar manusia mampu memahami masa lalunya dengan baik yakni terpeliharanya arsip-arsip masa lalu. Sayangnya sebagian besar masyarakat Indonesia masih kurang apresiasi menjaga arsipnya baik pribadi maupun instansi. Padahal arsip menyimpan kekuatan yang menopang majunya sebuah peradaban. Ada beberapa alasan mengapa arsip harus dipelihara:

Arsip sebagai Penjaga Identitas
Apa akibatnya jika ada sebuah instansi yang meminta jati diri Anda sebagai persyaratan namun ternyata seluruh dokumen pribadi Anda hilang sehingga Anda tidak memiliki surat-surat berhaga seperti akte kelahiran, surat tanah, surat nikah, kontrak perjanjian, STNK, ijazah dll. Tentu Anda akan sulit dipercaya oleh instansi yang bersangkutan. Apalagi dalam skup kenegaraan. Tentu akan sangat berbahaya jika arsip-arsip kenegaraan tidak terurus dengan baik. Eksistensi seseorang/negara dihadapan hukum menjadi lemah.

    Sering kali dalam menyelesaikan sengketa baik perdata maupun pidana keberadaan arsip sangat dibutuhkan oleh pihak-pihak yang bersengketa. Dengan didampingi pengacara masing-masing mereka beradu bukti (arsip) menujukkan siapa sebenarnya yang bersalah atau tidak. Siapa yang legal maupun yang ilegal. Nah disinilah sangat jelas bahwa arsip menunjukkan kekuatannya sebagai pemelihara identitas.

    Krisis identitas yang terjadi saat ini bisa jadi lantaran kurang pedulinya masyarakat kita dalam menjaga identitasnya. Siapa sebenarnya kita, sedang dimana dan akan kemana masih belum tergambarkan dengan baik. Masyarakat kita mengalami penyakit yang istilah anak sekarang disebut “gagal move on”. Jika identitas kuat, tentu masyarakat tidak akan terombang-ambing oleh faktor-faktor eksternal. Oleh sebab itu diera globalisasi saat ini justru penjagaan identitas diri harus menjadi prioritas utama. Ditengah-tengah kebingungan tidak memiliki pegangan, masyarakat akan cenderung mencari-cari identitasnya sebagai pegangan. Tapi apakah harus menunggu kebingungan datang kemudian mencari?
   

Arsip Sebagai Motivator

Suatu ketika di kelas, saya pernah memutarkan video sejarah tentang perjalanan Ir. Soekarno ke Amerika serikat. Dengan bahasa Inggris yang memikat, Bung Karno menyampaikan Pancasila di forum internasional. Setelah selesai menyampaikan pemikiran-pemikirannya, para hadirin langsung berdiri dan memberikan tepuk tangan yang meriah kepada Bung Karno. Bung Karno ternyata sangat dikenal oleh penduduk Amerika. Buktinya banyak masyarakat Amerika ingin berjabat tangan dengannya. Setelah menonton video yang saya putarkan tadi, terlihat raut wajah anak-anak di kelas begitu kagum dengan sosok Bung Karno. Coba jika seandainya tidak ada dokumentasi videonya, mungkin mereka kurang menjiwai pelajaran sejarah waktu itu. Setelah itu saya persilahkan anak-anak berkomentar. Hampir semuanya merasa kagum dengan sosok Bung Karno sebagai tokoh dunia yang disegani.

Munculnya youtube ternyata sangat membantu saya dalam mencari dokumentasi-dokumentasi perjalanan sejarah bangsa. Dan, perkembangan iptek tersebut sangat membantu sehingga bisa di akses oleh seluruh masyarakat Indonesia. Pentingnya dokumentasi untuk mengabadikan momentum berharga harus menjadi kesadaran bersama dalam rangka menyambung mata rantai peradaban umat manusia. Kemudian saya tunjukkan video tentang peninggalan bangunan megalithikum yang banyak sekali meninggalkan bebatuan-bebatuan besar, terlihat anak-anak pun begitu antusias melihatnya. Mereka saling berbisik, “Bagaimana cara menggeser batu-batu besar itu?”, “Teknologi seperti apa yang digunakan masyarakat masa itu?”. Begitu pula saat saya tunjukkan video mengenai peninggalan-peninggalan kerajaan Islam di Spanyol, anak-anak terlihat bangga dengan hasil karya umat Islam terdahulu.

Semua video, gambar, suara, manuskrip, bangunan,  yang saya tampilkan mustahil diketahui generasi selanjutnya jika tidak ada pihak yang melestarikannya. Pernahkah Anda membayangkan bagaimana akibatnya seandainya monumen-monumen masa keemasan Islam di dunia ini (di) hancur (kan) hingga tak berbekas? Apakah Anda termasuk orang yang yakin jika umat Islam di masa lampau pernah monerahkan tinta emas peradaban? Ataukah justru Anda termasuk golongan yang ragu dan menolaknya?
Kehidupan masyarakat sangat terkait dengan semangat zaman yang melingkupinya. Kehidupan manusia juga sangat terkait  dengan masa lalunya. Masyarakat  yang hidup tahun 1900-an tentu sangat berbeda dengan masyarakat di tahun 2000-an. Dalam jangka waktu satu abad ternyata banyak sekali perubahan-perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat kita. Perubahan itu bisa meliputi pola pikir, sikap bahkan material. Dengan melestarikan arsip, sama halnya dengan menjaga mata rantai peradaban. Kemajuan-kemajuan yang diperoleh suatu masyarakat menjadi tidak hilang. Dan generasi selanjutnya tidak akan mengalami stagnanisasi atau kemunduran (set back).

Membangun Masyarakat Muslim Yang Sadar Arsip

Allah SWT telah memperingatkan agar manusia tidak melupakan sejarah. Sejarawan Muslim Ibnu Khaldun (1332-1406 M) mengatakan bahwa sejarah adalah hikmah. Pada kenyataanya yang benar-benar memahami kata-kata ini kebanyakan justu orang-orang yang berasal dari Eropa. Di negara-negara Eropa pelestarian warisan masa lalu begitu terawat dengan baik. Museum-museum, lembaga-lembaga kearsipan sudah berjalan sangat profesional.

    Pemeliharaan kearsipan sejatinya harus mendapatkan perhatian pribadi dan instansi. Tidak berlebihan kiranya ungkapan yang mengatakan bahwa kekokohan sebuah organisasi/instansi ditentukan salah satunya oleh pemeliharaan arsipnya. Kita harus  merubah cara pandang  dalam melihat arsip. Tidak semua peninggalan-peninggalan masa lalu itu sampah. Setiap keputusan penting yang akan diambil oleh sebuah lembaga tentunya harus memperhatikan rentetan pengalaman lembaga itu sendiri. Apabila catatan-catatan atau rekaman mengenai jatuh bangun lembaga terpelihara dengan baik, maka akan sangat memudahkan pihak-pihak pengambil kebijakan menentukan kebijakan alternatif. sehingga bisa menghindari “jatuh ke lubang yang sama”. Dengan demikian grafik kemajuan sebuah lembaga akan terus bergerak naik mencapai penyempurnaan demi penyempurnaan.  Wallahua’lam bis shawab

1 komentar:

Ernawati mengatakan...

Terimakasih atas sharing tulisannya ustadz...maa shaa alloh
Sy senang membacanya